Wednesday, November 10, 2010

Seks Bukan Sekadar Pemenuhan Kebutuhan Laki-laki


Tidak semua pasangan suami-istri (pasutri) memiliki pengalaman seksual yang membahagiakan. Dalam hal ini, kepuasan seksual menjadi ukuran kebahagiaannya. Pasalnya, masih banyak pasangan yang minim pengetahuan tentang seks. Umumnya, pasutri hanya memandang seks sekadar kebutuhan lelaki yang harus dipenuhi istri.

Banyak akibat yang ditimbulkan dari minimnya pengetahuan dan kurangnya keterbukaan seputar hubungan seksual ini. Pasutri, atau salah satunya, tidak merasa bahagia dan terpuaskan, terutama perempuan yang lebih sulit mengalami orgasme dibandingkan lelaki. Dampaknya bukan sekadar persoalan kehidupan seks, tetapi juga kepada kualitas hubungan dan kehidupan rumah tangga.

Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, menjelaskan kesulitan perempuan untuk orgasme disebabkan berbagai hal. Namun, yang lebih penting untuk diketahui adalah pasutri memahami bahwa perempuan bukan pelayan seks. Artinya, seks dalam hubungan suami-istri bukan sekadar pemenuhan kebutuhan biologis lelaki tanpa memerhatikan kebutuhan perempuannya.

"Bila perlu, lelaki yang dijadikan pelayan karena lebih sulit membuat perempuan orgasme. Lelaki lebih mudah orgasme karena bentuk penis menonjol dan mudah terangsang, sedangkan kelamin perempuan sulit dicapai. Karena itu, posisi dalam hubungan seks bagi perempuan penting," kata Prof Wimpie dalam talkshow "Kebahagiaan Seksual Semu Ereksi Sub-Optimal" yang diadakan oleh PT Pfizer Indonesia di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut Prof Wimpie, lelaki perlu menemukan bagian peka rangsangan pada perempuan. Selain mengatur posisi yang mampu memberikan rangsangan dan kepuasan seksual perempuan, kekerasan ereksi pada lelaki juga turut memengaruhi kepuasan seksual perempuan.

"Perempuan bisa multiple orgasme asal lelaki bisa mengatur ereksi dan tidak cepat ejakulasi," tambahnya.

Dalam paparan diskusi dikatakan, selain rangsangan, posisi, dan ereksi, hubungan seks pasutri juga bergantung pada emosi yang terbangun. Komunikasi yang terbuka menjadi kuncinya. Edukasi seks menjadi solusi paling dini. Pasutri perlu lebih terbuka memahami berbagai masalah seputar seksual.

Pola pikir juga memengaruhi karena dengan pemahaman seks yang baik, lelaki tak sekadar minta dilayani (secara seksual) dari istrinya, namun juga memberikan kebahagiaan kepada istri, dengan lebih terbuka mengenal kebutuhan seksual perempuan.  (Kompas,Rabu, 16/6/2010)

No comments:

Post a Comment