KITA sudah sering mendengar bahwa kelebihan kadar lemak dalam darah atau hiperlipidemia merupakan salah satu faktor utama bagi terjadinya kelainan kardiovaskuler pada orang dewasa. Namun, apakah kita sudah mengetahui bahwa hiperlipidemia juga merupakan suatu faktor risiko-risiko bagi terjadinya kelainan-kelainan kardiovaskuler pada anak?
HIPERLIPIDEMIA anak didefinisikan sebagai kelainan atau gangguan kadar lemak darah yang terjadi pada anak berusia antara 2-19 tahun. Gangguan ini berupa peningkatan kadar kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) dan very low- density lipoprotein (VLDL).
Secara praktis, kriteria yang digunakan untuk penentuan adanya hiperlipidemia adalah terdapatnya peningkatan kadar kolesterol total melebihi 200 mg/dl dan atau peningkatan kadar kolesterol LDL melebihi 130 mg/dl.
Digunakannya batasan usia 2-19 tahun adalah berdasar pertimbangan bahwa anak-anak yang berada di bawah usia 2 tahun kadar lemaknya masih belum menetap akibat kebutuhan kolesterol yang relatif tinggi; sedangkan anak yang berada di atas usia 19 tahun telah dikategorikan sebagai dewasa.
Berbagai penelitian yang ada, terutama Bogalusa Heart Study dan PDAY research group, menunjukkan bahwa proses plaque (penimbunan lemak) dalam pembuluh darah (atherosclerotic) telah dimulai sejak masa anak-anak dan dipercepat oleh adanya gangguan hiperlipidemia.
Lemak dalam darah akan menimbulkan suatu proses kompleks pada pembuluh darah meliputi perlekatan monosit, agregasi platelet, dan pembentukan trombus. Berbagai proses kompleks ini pada akhirnya akan memperberat atherosclerotic (accelerated atherosclerotic) yang ada serta menimbulkan penyumbatan pembuluh darah. Akibat penyumbatan ini, organ-organ yang disuplai oleh pembuluh darah akan mengalami kekurangan atau bahkan penghentian suplai darah. Kondisi inilah yang pada akhirnya akan bermanifestasi sebagai penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit-penyakit vaskuler lainnya. Hiperlipidemia pada anak dapat disebabkan oleh adanya kelainan-kelainan yang didapat (acquired) serta kelainan bawaan (genetis).
.
Kelainan yang didapat terdiri atas kelainan-kelainan organik dan fungsional yang secara langsung ataupun tidak langsung menimbulkan terjadinya gangguan metabolisme lemak, seperti terdapatnya penyakit diabetes mellitus, kelainan hati, kelainan ginjal, serta penggunaan obat-obatan tertentu oleh anak semisal anti-epilepsi.
.
Apabila kelainan-kelainan organik dan fungsional ini tidak ditemukan pada anak, barulah dapat dipertimbangkan kemungkinan faktor keturunan sebagai penyebab hiperlipidemia. Anak-anak dengan hiperlipidemia dapat memiliki spektrum manifestasi klinis yang luas. Mereka bisa saja tidak memperlihatkan suatu keluhan atau tanda klinis tertentu (asymptomatik) atau bisa saja datang dengan tanda-tanda klinis yang khas seperti xanthoma (penumpukan lemak kekuningan) pada telapak tangan dan kelopak mata, arcus cornea (lingkaran putih pada kornea mata), xanthoma tuberosum (penonjolan lemak pada pergelangan tangan), obesitas (kegemukan) atau bahkan mereka dapat muncul dengan keluhan klinis penyakit-penyakit kardiovaskuler. Pemeriksaan kadar kolesterol darah mutlak dilakukan pada anak-anak yang memperlihatkan adanya manifestasi klinis hiperlipidemia.
.
Pemeriksaan ini hendaknya dilakukan pula pada anak-anak yang tidak menunjukkan manifestasi klinis hiperlipidemia, tetapi mempunyai keluarga yang berada pada kelompok risiko tinggi. Misalnya, memiliki orangtua atau kakek/nenek yang menderita penyakit jantung koroner sebelum usia 55 tahun, memiliki orangtua dengan kadar kolesterol total melebihi 240 mg/dl atau menderita kelainan kadar lemak darah serta memiliki keluarga yang berada dalam kondisi yang mengarah kepada kemungkinan menderita penyakit jantung, seperti kegemukan, merokok, serta menderita tekanan darah tinggi. Berdasarkan pemeriksaan kadar kolesterol, anak dapat dikategorikan atas kelompok normal (acceptable), intermediate (borderline) dan berisiko (high). Mereka yang memiliki kadar kolesterol total kurang dari 170 mg/dl dan atau kadar LDL kolesterol kurang dari 110 mg/dl dikategorikan sebagai normal, sedangkan mereka dengan kadar kolesterol lebih 200 mg/dl dan atau kadar LDL kolesterol melebihi 130 mg/dl dikategorikan sebagai berisiko. Kadar lemak darah yang berada di antara nilai normal dan berisiko dianggap intermediate.
.
Bagi anak-anak yang kadar kolesterolnya dikategorikan sebagai normal, tidak ada tindakan khusus yang dianjurkan kecuali merencanakan melakukan pemeriksaan kadar kolesterol total setiap 5 tahun. Sedangkan bagi mereka yang kadar kolesterolnya tergolong intermediate dan berisiko perlu dilakukan pemeriksaan kadar lipid darah yang hasilnya kemudian ditindaklanjuti sesuai analisa. Kadar total kolesterol dan LDL merupakan faktor yang paling menentukan dalam penatalaksanaan hiperlipidemia.
.
Anak-anak dengan kadar kolesterol normal hendaknya diberikan pendidikan atau pemahaman mengenai nutrisi dan pola makan yang baik dengan harapan bahwa mereka dapat mengaplikasikan pendidikan dan pemahaman tersebut dalam pengaturan makanan bagi anaknya. Pendidikan dan pemahaman tentang nutrisi yang baik dan sehat ini juga diberikan kepada anak-anak yang kadar kolesterolnya berada dalam kategori intermediate.
.
Namun, selain edukasi, kepada kelompok ini perlu pula dimulai tindakan diet dan penatalaksanaan terhadap faktor- faktor risiko lain yang mungkin diidap sang anak. Bagi mereka yang memiliki kadar kolesterol-LDL yang berisiko, penatalaksanaan yang dilakukan adalah diet, pemberian obat-obatan, pemeriksaan terhadap kemungkinan penyakit lain (seperti kelainan tiroid, ginjal dan hati), serta skrining terhadap anggota keluarga. Di antara semua jenis penatalaksanaan hiperlipidemia anak, diet merupakan salah satu penatalaksanaan yang amat esensial. Tindakan ini dilakukan guna mengurangi asupan kolesterol dan asam lemak jenuh.
.
Tahap pertama tindakan ini adalah proporsi dan pemberian makanan anak berupa asam lemak jenuh harus diatur sehingga kurang 1 persen dari total kalori, total lemak tidak boleh melebihi 30 persen dari total kalori dan kadar kolesterol harus kurang dari 300 mg per hari. Karena dengan diet ini anak akan memperoleh sedikit kalori dari lemak, mereka harus memperoleh kalori yang cukup dengan mengonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, susu rendah lemak, dan makanan kaya kalsium. Anak juga harus diberikan makanan yang bervariasi luas untuk menjamin tercukupinya zat gizi yang diperlukan bagi proses pertumbuhan dan perkembangan.
.
Apabila dalam waktu tiga bulan diet tahap pertama tidak memberikan hasil, diet tahap kedua harus dilakukan. Diet ini terdiri atas pengurangan kadar asam lemak jenuh hingga kurang 7 persen dari total kalori dan pengurangan asupan kolesterol hingga kurang dari 200 mg per hari. Secara bersamaan, zat gizi, vitamin, dan mineral harus ditambahkan dalam jumlah yang cukup guna memperbaiki proses metabolisme dan pertumbuhan tubuh.
.
Tercapainya tujuan optimal dari tindakan diet ini, orangtua anak dianjurkan melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan ahli gizi atau dokter anak guna menentukan hal- hal spesifik yang berkaitan dengan tindakan diet ini. Apabila telah dilakukan tindakan diet selama 6-12 bulan dan kadar LDL anak tidak turun di bawah level 190 mg/dl, pemberian obat-obatan pun mulai dapat dilakukan. Pemberian obat-obatan ini juga diindikasikan pada mereka yang kadar LDL-nya berkisar 160mg/dl tetapi memiliki faktor risiko kelainan kardiovaskuler, seperti diabetes, obesitas, dan hipertensi. Jenis obat antihiperlipidemia yang diberikan dapat berupa cholestyramine dan colestipol, yaitu jenis preparat yang berfungsi meningkatkan ekskresi asam empedu dan membantu metabolisme lemak tubuh.
.
Selain itu, dapat pula digunakan preparat statin (lovastatin) selama beberapa minggu. Dengan penggunaan preparat-preparat ini, dilaporkan terdapatnya penurunan kadar LDL hingga 20-25 persen. Perlu diingat bahwa obat- obatan antihiperlipidemia yang biasa digunakan pada orang dewasa, seperti gemfibrozil, probucol, dan clofibrate, tidak direkomendasikan bagi anak- anak. Selain itu, para ahli juga menganjurkan agar pemberian obat-obatan ini baru dimulai setelah anak berusia 10 tahun. Apabila anak juga menderita hipertensi dan diabetes mellitus, hendaknya dilakukan tindakan untuk mengontrol penyakit ini.
.
Bila mereka merokok, konseling perlu dilakukan untuk mengurangi/menghentikan kebiasaan merokok. Dan, apabila berat badan mereka berlebih atau obesitas, hendaknya dilakukan upaya penurunan berat badan. Selain itu, anak juga perlu diarahkan untuk berolahraga secara teratur. Jenis olahraga yang dianjurkan adalah bersepeda, berjalan kaki, atau berenang. Selain menurunkan kadar kolesterol, jenis olahraga ini juga dapat menurunkan berat badan anak yang berlebih dan sekaligus mengurangi risiko kemungkinan menderita kelainan kardiovaskuler.
.
Agar kelangsungan penatalaksanaan ini dapat terjaga dan optimal, anak sebaiknya diikutsertakan pada klub-klub olahraga atau kegiatan-kegiatan olahraga yang ada disekolahnya.
oleh : Dr Iqbal Mochtar, MPH, DipCard. PPDS Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah RS Dr Soetomo/ Universitas Airlangga, Surabaya/Kompas
No comments:
Post a Comment