"Tidak perlu tergoda dengan iklan jalan pintas menurunkan berat badan. Lebih baik menurunkan berat badan secara perlahan dan bertahap, tetapi konsisten".KEGEMUKAN tidak hanya dapat mengganggu penampilan, tetapi sekarang sudah dianggap sebagai penyakit kronis. Kini banyak cara yang ditawarkan untuk mengatasi problem kegemukan mulai dari diet khusus, penggunaan obat dan jamu, sampai terapi akupunktur.
Namun begitu, fenomena maraknya terapi yang ditawarkan justru membingungkan masyarakat. Kurangnya informasi yang lebih obyektif dan akurat mengenai masalah kegemukan menyebabkan banyak pasien terjebak dan mengalami kerugian.
Prof DR Samsuridjal Djauzi dalam rubrik Konsultasi Kesehatan Harian Kompas, edisi Minggu (20/7), menanggapi pertanyaan seorang pasien seputar masalah kegemukan ini, berikut konsultasi selengkapnya :
Sejak melahirkan anak pertama dua tahun yang lalu, berat badan saya bertambah. Semula saya tak menyadari hal ini karena selama hamil berat badan memang wajar bertambah dan sewaktu menyusui saya berusaha untuk mengonsumsi makanan yang bergizi.
Namun, setelah saya membandingkan berat badan saya sebelum hamil dan sekarang ini, ternyata berat badan saya telah terjadi kenaikan 8 kg. Memang baju saya juga sudah berganti ukuran. Semula saya masih dapat mengubah penampilan saya agar tak tampak gemuk. Namun, sekarang semakin sulit meski saya sudah berusaha menggunakan baju yang bercorak mengurangi kesan gemuk.
Belum lama saya membaca artikel tentang bahaya kegemukan. Sejak itu saya mulai termotivasi untuk menurunkan berat badan. Saya mulai membaca artikel (dan juga iklan) yang berisi upaya menurunkan berat badan. Ternyata cukup banyak cara yang ditawarkan. Mulai dari diet khusus, penggunaan obat dan jamu, sampai terapi akupunktur.
Saya mulai bingung dan ingin memperoleh informasi yang lebih obyektif dan lengkap tentang masalah kegemukan, dampaknya terhadap kesehatan, dan sudah tentu cara menurunkan berat badan yang aman.
Dapat saya tambahkan bahwa ayah saya penderita diabetes melitus sejak berumur 48 tahun. Saya sekarang berumur 32 tahun dan belum lama saya menjalani pemeriksaan kesehatan. Selain gemuk, pada umumnya kesehatan saya baik. Tekanan darah normal, kadar gula masih normal. Kolesterol juga normal, tetapi trigliserida sedikit meningkat. Terima kasih atas penjelasan dokter.
M di J
Kegemukan memang telah menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Kegemukan tidak hanya mengganggu penampilan, tetapi kegemukan sekarang sudah dianggap sebagai penyakit kronis. Penyebab kegemukan beraneka ragam. Patut diingat, jika tidak dikendalikan dengan baik, kegemukan dapat menjadi risiko berbagai penyakit.
Penyakit yang dapat timbul dengan risiko kegemukan adalah diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, batu kandung empedu, dan penyakit sendi. Jadi, upaya untuk menurunkan berat menjadi berat badan yang ideal tidak hanya berguna untuk mengubah penampilan, tetapi juga bermanfaat untuk mengurangi risiko berbagai penyakit.
Pada umumnya orang menginginkan penurunan berat badan yang cepat dalam waktu singkat. Padahal, cara yang baik yang dianjurkan oleh dokter adalah menurunkan berat badan secara bertahap, tetapi berkesinambungan. Penurunan berat badan 10 persen berat badan awal dalam waktu enam bulan sudah dianggap penurunan yang berhasil.
Namun, harus dijaga agar penurunan tersebut tetap berlangsung dan berat badan tidak kembali lagi ke berat badan awal. Untuk menilai kegemukan digunakan bermacam-macam cara kelompok pakar kegemukan Asia Pasifik menggunakan klasifikasi World Health Organization (WHO) dengan indeks masa tubuh (IMT) yang lebih rendah. IMT dihitung dengan berat badan (dalam kg) dibagi tinggi badan (dalam meter persegi).
Jadi, seorang yang berat badannya 62 kg dan tinggi 170 cm, IMT-nya 62/1,70 x 1,70 = 21,4. Menurut klasifikasi WHO IMT tersebut termasuk kisaran normal dan risiko komorbiditas rata-rata. (lihat tabel)
Pada dasarnya penatalaksanaan kegemukan terdiri atas 1) pengaturan makan yang baik, yaitu pengurangan kalori, tetapi gizi seimbang tanpa membahayakan tubuh; 2) perubahan perilaku baik dalam pola makan sehat maupun olahraga; 3) pengobatan atau operasi diberikan kepada pasien yang mempunyai indikasi.
Pada umumnya pengaturan makan, perubahan perilaku, serta olahraga dilaksanakan dalam waktu tiga sampai enam bulan. Jika dalam waktu tersebut berat badan berhasil diturunkan, upaya ini diteruskan dan penderita tak perlu mendapat obat penurunan berat badan.
Namun, jika pengaturan makan, olahraga, serta perubahan perilaku telah diamalkan dengan baik berat badan tak juga turun, dapat dipertimbangkan penggunaan obat penurun berat badan. Penurunan berat badan pada orang gemuk berisiko tinggi diabetes melitus, penyakit jantung koroner, dan penyakit artritis sendi amat ianjurkan.
Nah, Anda telah mempunyai kepedulian terhadap masalah kegemukan. Saya mengharapkan Anda bersama dokter melakukan penilaian terhadap masalah kegemukan Anda serta bersama-sama merencanakan penurunan berat badan Anda. Tidak perlu tergoda dengan iklan jalan pintas menurunkan berat badan. Lebih baik menurunkan berat badan secara perlahan dan bertahap, tetapi konsisten.
Tabel :Klasifikasi KegemukanBerdasarkan BMI pada Penduduk Asia Dewasa (WHO-WPRO 2000)
Klasifikasi BMI (kg/meter persegi)
Berat kurang : <18,5>23
-Preobese : 23-24,9
Resiko Ko-morbiditas : Meningkat
-Obese I : 25-29,9
Resiko Ko-morbiditas : Sedang
-Obese II =30
Resiko Ko-morbiditas : Besar
(Kompas)
Namun begitu, fenomena maraknya terapi yang ditawarkan justru membingungkan masyarakat. Kurangnya informasi yang lebih obyektif dan akurat mengenai masalah kegemukan menyebabkan banyak pasien terjebak dan mengalami kerugian.
Prof DR Samsuridjal Djauzi dalam rubrik Konsultasi Kesehatan Harian Kompas, edisi Minggu (20/7), menanggapi pertanyaan seorang pasien seputar masalah kegemukan ini, berikut konsultasi selengkapnya :
Sejak melahirkan anak pertama dua tahun yang lalu, berat badan saya bertambah. Semula saya tak menyadari hal ini karena selama hamil berat badan memang wajar bertambah dan sewaktu menyusui saya berusaha untuk mengonsumsi makanan yang bergizi.
Namun, setelah saya membandingkan berat badan saya sebelum hamil dan sekarang ini, ternyata berat badan saya telah terjadi kenaikan 8 kg. Memang baju saya juga sudah berganti ukuran. Semula saya masih dapat mengubah penampilan saya agar tak tampak gemuk. Namun, sekarang semakin sulit meski saya sudah berusaha menggunakan baju yang bercorak mengurangi kesan gemuk.
Belum lama saya membaca artikel tentang bahaya kegemukan. Sejak itu saya mulai termotivasi untuk menurunkan berat badan. Saya mulai membaca artikel (dan juga iklan) yang berisi upaya menurunkan berat badan. Ternyata cukup banyak cara yang ditawarkan. Mulai dari diet khusus, penggunaan obat dan jamu, sampai terapi akupunktur.
Saya mulai bingung dan ingin memperoleh informasi yang lebih obyektif dan lengkap tentang masalah kegemukan, dampaknya terhadap kesehatan, dan sudah tentu cara menurunkan berat badan yang aman.
Dapat saya tambahkan bahwa ayah saya penderita diabetes melitus sejak berumur 48 tahun. Saya sekarang berumur 32 tahun dan belum lama saya menjalani pemeriksaan kesehatan. Selain gemuk, pada umumnya kesehatan saya baik. Tekanan darah normal, kadar gula masih normal. Kolesterol juga normal, tetapi trigliserida sedikit meningkat. Terima kasih atas penjelasan dokter.
M di J
Kegemukan memang telah menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Kegemukan tidak hanya mengganggu penampilan, tetapi kegemukan sekarang sudah dianggap sebagai penyakit kronis. Penyebab kegemukan beraneka ragam. Patut diingat, jika tidak dikendalikan dengan baik, kegemukan dapat menjadi risiko berbagai penyakit.
Penyakit yang dapat timbul dengan risiko kegemukan adalah diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, batu kandung empedu, dan penyakit sendi. Jadi, upaya untuk menurunkan berat menjadi berat badan yang ideal tidak hanya berguna untuk mengubah penampilan, tetapi juga bermanfaat untuk mengurangi risiko berbagai penyakit.
Pada umumnya orang menginginkan penurunan berat badan yang cepat dalam waktu singkat. Padahal, cara yang baik yang dianjurkan oleh dokter adalah menurunkan berat badan secara bertahap, tetapi berkesinambungan. Penurunan berat badan 10 persen berat badan awal dalam waktu enam bulan sudah dianggap penurunan yang berhasil.
Namun, harus dijaga agar penurunan tersebut tetap berlangsung dan berat badan tidak kembali lagi ke berat badan awal. Untuk menilai kegemukan digunakan bermacam-macam cara kelompok pakar kegemukan Asia Pasifik menggunakan klasifikasi World Health Organization (WHO) dengan indeks masa tubuh (IMT) yang lebih rendah. IMT dihitung dengan berat badan (dalam kg) dibagi tinggi badan (dalam meter persegi).
Jadi, seorang yang berat badannya 62 kg dan tinggi 170 cm, IMT-nya 62/1,70 x 1,70 = 21,4. Menurut klasifikasi WHO IMT tersebut termasuk kisaran normal dan risiko komorbiditas rata-rata. (lihat tabel)
Pada dasarnya penatalaksanaan kegemukan terdiri atas 1) pengaturan makan yang baik, yaitu pengurangan kalori, tetapi gizi seimbang tanpa membahayakan tubuh; 2) perubahan perilaku baik dalam pola makan sehat maupun olahraga; 3) pengobatan atau operasi diberikan kepada pasien yang mempunyai indikasi.
Pada umumnya pengaturan makan, perubahan perilaku, serta olahraga dilaksanakan dalam waktu tiga sampai enam bulan. Jika dalam waktu tersebut berat badan berhasil diturunkan, upaya ini diteruskan dan penderita tak perlu mendapat obat penurunan berat badan.
Namun, jika pengaturan makan, olahraga, serta perubahan perilaku telah diamalkan dengan baik berat badan tak juga turun, dapat dipertimbangkan penggunaan obat penurun berat badan. Penurunan berat badan pada orang gemuk berisiko tinggi diabetes melitus, penyakit jantung koroner, dan penyakit artritis sendi amat ianjurkan.
Nah, Anda telah mempunyai kepedulian terhadap masalah kegemukan. Saya mengharapkan Anda bersama dokter melakukan penilaian terhadap masalah kegemukan Anda serta bersama-sama merencanakan penurunan berat badan Anda. Tidak perlu tergoda dengan iklan jalan pintas menurunkan berat badan. Lebih baik menurunkan berat badan secara perlahan dan bertahap, tetapi konsisten.
Tabel :Klasifikasi KegemukanBerdasarkan BMI pada Penduduk Asia Dewasa (WHO-WPRO 2000)
Klasifikasi BMI (kg/meter persegi)
Berat kurang : <18,5>23
-Preobese : 23-24,9
Resiko Ko-morbiditas : Meningkat
-Obese I : 25-29,9
Resiko Ko-morbiditas : Sedang
-Obese II =30
Resiko Ko-morbiditas : Besar
(Kompas)
No comments:
Post a Comment