GAIRAH seks tak ubahnya bagaikan sebuah jalan di pegunungan. Kadang naik, kadang turun. Di saat turun, beberapa trik perlu dilakukan untuk "mendongkrak" gairah. Bisakah membuat pasangan cemburu dijadikan salah satu alternatifnya?
Yeni, sebut saja namanya begitu, kadang tak tahan untuk bercerita tentang Rio, teman sekantor yang pernah menaruh hati padanya, kepada sang suami. Ia tahu api cemburu akan langsung membakar hati suaminya. Namun hebatnya, saat cemburu seperti itu, gairah seksual pria pilihan hatinya ini juga ikut berkobar.
Kalau sudah begitu, di balik perasaan bersalahnya kadang-kadang Yeni tak bisa menahan senyum "kemenangan". Dalam hatinya, bahkan pernah timbul niat mengipas-ngipas bara cemburu suaminya agar hubungan intim mereka jadi tambah seru.
Tak Bisa Digeneralisasi
"Secara psikologis memang bisa saja gairah seksual makin terlecut akibat cemburu," kata A. Kasandra Oemarjoedi, Psi., Direktur dari Psychological Practice Kasandra Persona Prawacana. Kobaran gairah itu secara tidak sadar didorong oleh perasaan takut kehilangan, perasaan bersaing, imajinasi liar, tidak mau kalah, dan sebagainya.
Yang menarik, hampir bisa dipastikan bahwa timbulnya gairah hebat ini justru karena cinta. "Walaupun tidak mutlak, semakin besar cintanya pada pasangan, maka semakin besar pula rasa cemburunya," ungkap Kasandra. Hal ini biasanya terjadi pada suami atau istri yang memiliki perasaan cinta terlampau besar terhadap pasangannya.
Akan tetapi, kondisi ini tentu berbeda pada tiap pasangan, jadi tidak bisa digeneralisasi. Ada pasangan yang bila cemburu karena suatu hal kemudian melampiaskannya dalam bentuk permainan ranjang yang panas. Namun, ada juga pasangan yang justru karena cemburu malah enggan "menyentuh" pasangannya. "Di sinilah dibutuhkan kejelian mengamati efek cemburu itu sendiri," tambahnya.
Untuk suami atau istri yang sudah bisa memastikan bahwa rasa cemburu dapat meningkatkan gairah pasangannya, boleh saja menggunakan "senjata" ini pada momen-momen tertentu. "Kalau memang cemburu menjadi turn on factor dalam hubungan mereka, bolehlah sekali-sekali digunakan. Asal jangan keseringan, lo," katanya mengingatkan. Karena kalau sudah terlalu sering, bisa-bisa sensasi dari rasa cemburu itu akhirnya malah menguap entah ke mana. Sebaliknya, jika cemburu ternyata merupakan turn off factor, tentu saja jangan sekali-kali cari gara-gara. Bisa-bisa pasangan malah kehilangan gairah alias jadi dingin.
Selain memberi manfaat bila terampil mengolah perasaan cemburu, yang juga patut dijadikan pertimbangan adalah bahaya yang mungkin ditimbulkan. Salah satunya adalah kecemburuan yang tidak terkendali. "Ini bisa berakibat fatal karena bukan tidak mungkin cemburu yang biasanya mengobarkan gairah kali ini jadi malah tak terkendali. Akibatnya, pasangan jadi marah dan berhari-hari menolak berhubungan. Repot, kan?"
Pengasuh rubrik Tanya Jawab Problema Rumah Tangga nakita ini juga mengingatkan bahwa fantasi seksual pada dasarnya merupakan skill. Artinya, dibutuhkan keahlian khusus untuk mengembangkan fantasi, kedekatan, sekaligus membangun suasana romantis supaya hubungan seksual jadi lebih mantap.
Bukankah hal ini bermanfaat guna menumbuhkan cinta sekaligus terapi mujarab untuk meningkatkan gairah seksual?
Peningkatan Hormon
Senada dengan Kasandra, seksolog dari RS Persahabatan, Rawamangun, Jakarta, Dr. Ferryal Loetan, ASC&T, SpRM, M.Kes (MMR), mengatakan "Ada dua kemungkinan yang bisa diakibatkan dari rasa cemburu, yaitu gairah seksual meningkat atau justru drop."
Menurutnya, pada dasarnya cemburu adalah luapan emosi yang berlebihan. Secara medis peningkatan emosi itu dapat dikaitkan dengan peningkatan hormon. "Kalau hormon meningkat maka otomatis gairah juga akan meningkat," tandasnya. Luapan emosi ini tidak hanya disebabkan oleh rasa cemburu, tapi bisa juga disebabkan rasa sedih yang berlebihan, rasa marah yang berlebihan, dan sebagainya.
"Di sinilah dibutuhkan kemampuan untuk mengolah emosi yang berlebihan tadi supaya bisa menjadi energi positif," ungkapnya. Menurut Ferryal, gairah seksual yang meluap akibat rasa cemburu itu bisa dialami siapa saja, baik pria maupun wanita. Namun seksolog ini juga mengingatkan bahwa luapan emosi bisa berdampak negatif. "Saking emosinya, bisa-bisa gairah justru drop. Bahkan bisa-bisa pasangannya tidak 'dicolek' berhari-hari. Dampak semacam ini yang harus dihindari."
Bagaimana luapan emosi akan mengarah menjadi energi positif atau negatif tentu tak bisa lepas dari pola pikir seseorang. "Kalau orang tersebut bisa berpikir positif, maka cemburu justru bisa meningkatkan gairah. Sebaliknya, kalau pikirannya cenderung buruk melulu, tentu saja akan menurunkan gairah," lanjut Ferryal.
Keterampilan mengolah luapan emosi supaya menjadi energi positif akan semakin meningkat seiring dengan bertambah dewasanya seseorang. "Bandingkan dengan pasangan-pasangan muda yang biasanya kalau sudah emosi jadi lupa segala-galanya. Akibatnya, jangankan gairah seksualnya berkobar, hasrat untuk bercinta pun akan menguap."
Jangan Dijadikan Alasan
Sekali, dua kali, bisa jadi ranjang terasa kian membara akibat kobaran api cemburu. Namun Ferryal mengingatkan, "Jangan mencari gara-gara supaya pasangan cemburu sekadar untuk meningkatkan gairah," pesannya. Mengapa? "Bagaimanapun, peningkatan emosi yang disengaja itu tidak baik," jawabnya.
Kalau memang kedua belah pihak merasa gairah seksualnya makin berkobar saat muncul dorongan emosi, sebaiknya cari cara yang sehat untuk melakukannya. "Cari sensasi baru dengan mencoba posisi hubungan seks yang tidak biasa, atau membangun suasana yang lain dari biasa," sarannya. Intinya, dorongan emosi itu harus diperlakukan secara sehat pula.
"Kalau sesekali hubungan seksual terasa lebih bergelora akibat dorongan rasa cemburu, anggap saja sebagai bonus. Jangan selalu membayangkan hubungan seksual itu harus seperti Michael Douglas dan Sharon Stone dalam film Basic Insting. Sebab percayalah, hubungan seks yang dilakukan atas dasar cinta dan melibatkan hati pasti akan terasa lebih nikmat."
(Penulis : Marfuah Panji Astuti, Kompas,Minggu, 18/5/2008)
No comments:
Post a Comment