PRIA yang menjadi korban praktik ilegal memperbesar ukuran alat vital ternyata masih banyak. Mereka yang datang ke dokter ahli biasanya sudah dalam kondisi parah, sehingga penis mereka sulit diperbaiki dan minim harapannya untuk berfungsi normal kembali.
"Banyak pria bodoh yang tertipu iklan menyesatkan yang datang ke tempat praktik saya dengan kondisi penis yang sudah amburadul. Dan banyak di antaranya adalah mereka yang ketika ditugaskan ke salah satu daerah di Indonesia pulang dengan kondisi penis rusak karena semuanya termakan iklan bohong," ungkap Profesor Dr. dr Wimpie Pangkahila, Sp And, FAACS, Ketua Pusat Studi Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat (8/8).
Ia menjelaskan, jumlah pasien penis rusak yang datang berobat ke tempatnya memang menunjukkan angka penurunan. Tetapi hal ini bukan berarti trennya akan menurun karena faktor penyebabnya tidak diketahui.
Dalam selang tiga bulan terakhir misalnya, Prof Wimpie menangani kasus penis rusak rata-rata sekitar tujuh orang setiap bulannya. Profesi mereka beragam, mulai dari pengusaha, ada pegawai swasta, pegawai negeri, ada pula anggota polisi.
"Tiga bulan lalu saya menerima rata-rata tujuh orang setiap bulannya. Saya tidak tahu, berkurangnya apa karena memang berkurang, atau yang datang makin sedikit karena para penderita malu untuk datang berobat," terangnya.
Menurut Prof Wimpie, kebanyakan kasus penis rusak akibat upaya sembarangan dengan cara menyuntikan silikon cair yang jelas-jelas berbahaya bagi pembuluh darah. Bahkan kini, modus operandi para oknum praktik ilegal ini semakin lihai dalam menipu konsumen yakni mengklaim menggunakan minyak dari tanaman yang sebenarnya bahan campuran berbahaya.
"Jadi minyak ini tetap dicampur silikon cair yang sangat berbahaya. Di Amerika, silikon cair sudah sekitar satu abad lalu, sudah dilarang digunakan untuk tubuh manusia. Tetapi di Indonesia justru masih dipakai untuk manusia," paparnya.
Sebagian besar pria yang mengalami penis rusak, lanjut Prof Wimpie, tidak bisa kembali normal. Namun ada pula yang berpeluang, tergantung seberapa parahnya dan bagian mana yang mendapat suntikan. "Kalau silikon disuntikan ke bagian pembuluh darahnya, ya nggak bisa. Tapi kalau cuma di bawah kulit, mungkin bisa dibuang dan fungsinya masih bisa dipertahankan," paparnya./Asep Candra/Kapanlagi
No comments:
Post a Comment