Waspadai gangguan penebalan dinding rahim
Sudah empat bulan melahirkan, Anggi tak kunjung menstruasi. Tadinya ia mengira bahwa keterlambatan menstruasi itu disebabkan ia masih menyusui anaknya. Karena khawatir terjadi sesuatu, Anggi memeriksakan diri ke dokter. Alangkah terkejutnya Anggi, ketika dokter menyatakan ia mengidap hiperplasia endometrium atau penebalan dinding rahim yang ternyata sama sekali tak berhubungan dengan aktivitas menyusui.
Gejala yang perlu diwaspadai !
Gejala Hiperplasia endometrium ini biasanya diawali dengan siklus menstruasi yang tidak teratur, bahkan terkadang menstruasi tak kunjung datang dalam jangka waktu yang lama. Bisa juga menstruasi terjadi terus-menerus dan volume darah banyak. Selain itu, penderita Hiperplasia endometrium sering menemukan noda-noda darah di pakaian dalam. Jika dibiarkan berlarut-larut akan muncul gangguan sakit kepala, mudah lelah, serta tidak bergairah saat beraktivitas. Dampak yang paling parah, selain sulit hamil, penderita Hiperplasia endometrium mengalami anemia berat. Hubungan suami-istri pun terganggu karena perdarahan tak kunjung berhenti.
Penebalan lapisan dinding dalam rahim dapat terjadi karena peningkatan kadar hormon estrogen. Peningkatan estrogen dipicu oleh pertumbuhan kista. Pada kasus lain, penebalan dinding rahim juga terjadi karena faktor ketidakseimbangan hormonal, ketika peningkatan hormon estrogen tak diimbangi oleh peningkatan progesteron.
Kondisi ini juga biasanya dialami oleh wanita yang bertubuh gemuk karena produksi estrogennya berlebihan. Hiperplasia endometrium dapat dialami siapa pun, baik perempuan yang telah melahirkan ataupun belum.
Apa tindakan dokter?
Terjadinya penebalan dinding rahim biasanya hanya bisa diketahui oleh dokter setelah melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Namun untuk memastikannya perlu dilakukan kuratase.
Hasil kuretan dinding rahim akan dikirim ke bagian patologi anatomi untuk didiagnosa.
Berdasarkan kajian medis, penebalan dinding rahim ini dibedakan menjadi 3 kategori:
1.Simplek. Penderita dengan kondisi ini tak perlu cemas berlebihan karena Hiperplasia simplek tergolong ringan dan takkan berakhir dengan keganasan sehingga penderita tetap masih bisa hamil.
2.Kistik. Seperti halnya simplek, kasus ini tak berbahaya.
3.Atipik. Kondisi yang satu ini mesti diwaspadai. Atipik cenderung merupakan cikal bakal kanker.
Pengobatan yang bisa ditempuh adalah :
1.Tindakan kuratase selain untuk menegakkan diagnosa sekaligus sebagai terapi untuk menghentikan perdarahan.
2.Terapi hormon untuk menyeimbangkan kadar hormon di dalam tubuh. Namun perlu diketahui kemungkinan efek samping yang bisa terjadi, di antaranya mual, muntah, pusing, dan lainnya. Rata-rata setelah menjalani terapi hormonal sekitar 3-4 bulan, gangguan penebalan dinding rahim sudah bisa diatasi.
3.Jika pengobatan hormonal yang dijalani tak juga menghasilkan perbaikan, terapi akan dilanjutkan dengan obat lain.
No comments:
Post a Comment