Showing posts with label kanker payudara. Show all posts
Showing posts with label kanker payudara. Show all posts

Tuesday, December 23, 2008

Sistosarkoma Filodes : Tumor jinak payudara

Sistosarkoma Filodes adalah sejenis tumor jinak payudara yang relatif jarang terjadi dan bisa berkembang menjadi keganasan.

Tumor ini jarang menyebar ke daerah lainnya, tetapi setelah pembedahan cenderung kembali tumbuh di tempat yang sama.

1% dari tumor pada payudara merupakan tumor filodes.
Biasanya tumor ini menyerang wanita yang berusia 50 tahun.

PENYEBAB

Penyebabnya tidak diketahui.

GEJALA

Tumor ini memiliki batas yang tegas, licin dan mudah digerakkan. Ukurannya relatif besar, rata-rata memiliki garis tengah 5 cm.
Kulit diatasnya tampak mengkilat dan agak transparan sehingga pembuluh darah dibawahnya terlihat.

Penyebaran tumor (metastase) paling sering terjadi ke paru-paru, tulang, jantung dan hari.
Jika tumor telah menyebar, penderita akan merasakan sesak nafas, lelah dan nyeri tulang.
Gejala-gejala dari penyebaran tumor biasanya muncul dalam beberapa bulan, tetapi bisa juga baru terjadi dalam waktu 12 tahun setelah pengobatan.
Kebanyakan penderita yang mengalami metastase akan meninggal dalam waktu 3 tahun setelah pengobatan.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan biopsi payudara.

PENGOBATAN

Biasanya dilakukan pengangkatan tumor dan jaringan normal di sekitarnya dalam jumlah yang cukup besar (eksisi luas).

Jika tumornya besar atau menunjukkan keganasan, maka dilakukan mastektomi simplek (pengangkatan seluruh payudara dengan meninggalkan otot di bawahnya dan kulit yang cukup untuk menutup luka operasi).



Monday, December 15, 2008

Kanker Payudara Ancaman Perempuan Gemuk

Perempuan penderita kanker payudara menghadapi penyakit yang lebih agresif dan tingkat kelangsungan hidup lebih rendah jika mereka kelebihan berat badan atau kegemukan. Demikian temuan yang disiarkan di dalam Clinical Cancer Research, terbitan 15 Maret. "Makin gemuk si pasien, makin agresif penyakit itu," kata Massimo Cristofanilli, pembantu profesor bidang obat di University of Texas Anderson Cancer Center.

"Kami mengetahui bahwa jaringan lemak mungkin meningkatkan peradanggan yang membuat penyakit itu jadi lebih agresif."

Cristofanilli dan rekannya mengamati 606 perempuan yang menderita kanker payudara lokal tingkat tinggi. Perempuan itu diklasifikasikan berdasarkan indeks massa tubuh menjadi tiga kelompok: normal atau kurus, kelebihan berat badan dan kegemukan.

Selama lima tahun, kelangsungan hidup secara keseluruhan adalah 56,8% di kalangan perempuan sangat gemuk, 56,3% di kalangan perempuan gemuk dan 67,4% di kalangan perempuan dengan berada tubuh normal.

Angka kelangsungan hidup 10-tahun adalah 42,7% di kalangan perempuan dengan kelebihan berat badan, 41,8% di kalangan perempuan bertubuh gemuk dan 56,5% di kalangan perempuan bertubuh normal.

Angka kanker payudara dengan peradangan, yang sebelumnya terlihat memiliki hasil lebih buruk dibandingkan kanker payudara tanpa peradangan, di kalangan perempuan bertubuh sangat gemuk adalah 45% dibandingkan dengan perempuan bertubuh gemuk 30%, dan hanya 15% pada perempuan yang dipandang memiliki tubuh normal, demikian temuan para peneliti tersebut.

Risiko kambuhnya kanker payudara juga lebih tinggi pada perempuan bertubuh gemuk atau sangat gemuk. "Kegemukan jauh lebih besar daripada sekedar bagaimana seseorang kelihatan atau keregangan fisik akibat membawa bobot yang berlebihan," kata Cristofanilli.

Cristofanilli mengatakan para dokter perlu memberi perhatian sangat seksama pada pasien kanker payudara karena obat yang biasa digunakan, seperti tamoxifen, cenderung meningkatkan berat badan selama pengobatan./inilah

Wednesday, December 10, 2008

Si Gemuk Rentan Kanker Payudara

Wanita yang rutin mamografi tidak berarti terbebas dari risiko terkena kanker payudara stadium lanjut. Apalagi jika ia kelebihan berat badan atau obesitas.

Kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas menjadi epidemi dunia yang kian mengkhawatirkan. Data pemerintah Amerika menyebutkan, sekitar 2/3 penduduk Amerika usia dewasa saat ini mengalami kelebihan berat badan maupun obesitas. Padahal, obesitas adalah biang dari beragam penyakit.

Sebuah penelitian tentang pengaruh obesitas terhadap risiko kanker payudara baru-baru ini diharapkan juga dapat membuka mata kaum wanita. Artinya, tidak ada manfaat positif memiliki badan kelewat subur. Penelitian yang digagas Dr Karla Kerlikowske dan timnya dari the Women Veterans' Comprehensive Health Center di San Francisco Veterans Affairs (VA) Medical Center, tersebut berupaya mencari tahu hubungan antara bobot badan berlebih dengan peningkatan risiko kanker payudara pada wanita pascamenopause.

Selama kurun 9 tahun (1996-2005), Kerlikoswke dan timnya menganalisis 614.562 data mamografi (skrining payudara) dari 287.115 wanita pascamenopause yang tidak menjalani terapi sulih hormon (TSH). Berdasarkan data tersebut, diketahui hanya dalam jangka 12 bulan uji mamografi, sebanyak 4.446 wanita terdiagnosis kanker payudara.

Dulu, peneliti menduga peningkatan risiko kanker payudara pada wanita obesitas disebabkan mereka tidak melakukan skrining secara adekuat, atau dikarenakan sel tumor yang sulit dideteksi saat mamografi akibat timbunan lemak yang banyak. Namun, nyatanya hal tersebut tidak terbukti.

"Kami dapat menunjukkan bahwa tumor payudara pada wanita overweight dan obesitas itu mudah dideteksi. Karena itu, berkembangnya penyakit pada dua kelompok wanita tersebut bukan disebabkan tumor yang luput terdeteksi saat tes mammogram," sebut Kerlikowske yang menjabat ketua tim penulis dalam laporan penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the National Cancer Institute bulan ini.

Dia mengungkapkan, kendati para wanita dengan bobot berlebih itu telah melakukan skrining dengan baik, risiko terkena kanker payudara tetap lebih tinggi. "Dibandingkan populasi wanita dengan berat badan normal, risiko kanker payudara stadium lanjut meningkat 10 persen-35 persen pada wanita overweight dan 56 persen-82 persen pada wanita obesitas, " sebutnya.
Mengenai peran kegemukan dalam memicu kanker payudara, peneliti menduga hal ini terkait aspek hormon estrogen yang merupakan hormon terpenting wanita. "Penjelasannya adalah bahwa bobot badan berlebih dapat meningkatkan sirkulasi estrogen, yang juga dapat memicu pertumbuhan tumor," ujar Kerlikowske yang pernah melakukan penelitian terhadap wanita pascamenopause yang menjalani TSH dan menemukan adanya peningkatan risiko kanker payudara.

Lebih lanjut dia menegaskan, temuan ini sekaligus menyimpulkan makin obesitas seorang wanita, makin tinggi pula risiko terkena kanker payudara. Artinya, kelebihan berat badan itu sendiri dianggap sebagai faktor risiko yang dapat menaikkan risiko seorang wanita terkena kanker payudara.

Meski demikian, kabar baiknya adalah kegemukan merupakan faktor risiko yang bisa diubah atau dimodifikasi. Caranya seperti melakukan mamografi rutin, dan menjaga berat badan tetap ideal. "Hal tersebut penting dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan seorang wanita terdiagnosis kanker payudara stadium lanjut," sebutnya.

Sementara itu, ahli epidemiologi dari Harborview Medical Center di Seattle, Dr Joann Elmore, juga mengatakan pada dasarnya terdapat efek biologis tertentu dari kondisi obesitas, bisa memengaruhi perkembangan tumor atau kanker payudara.

Dr Joann Elmore mengatakan, hasil studi tersebut harus menginspirasi wanita yang kelebihan berat badan agar berupaya menurunkannya menjadi lebih ideal. "Manakala faktor lainnya, seperti pertambahan umur dan mutasi genetik, tidak bisa dicegah, maka menjaga berat badan agar senantiasa ideal adalah langkah pencegahan yang bisa dikontrol sendiri oleh wanita yang bersangkutan," katanya. (Okezone)

Monday, November 17, 2008

Kanker Payudara

DEFINISI
Kanker Payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.

Terdapat beberapa jenis kanker payudara:

1.Karsinoma in situ
Karsinoma in situ artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya.

2. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju ke puting susu. Sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal. Kanker ini bisa terjadi sebelum maupun sesudah masa menopause. Kadang kanker ini dapat diraba dan pada pemeriksaan mammogram, kanker ini tampak sebagai bintik-bintik kecil dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi). Kanker ini biasanya terbatas pada daerah tertentu di payudara dan bisa diangkat secara keseluruhan melalui pembedahan. Sekitar 25-35% penderita karsinoma duktal akan menderita kanker invasif (biasanya pada payudara yang sama).

3. Karsinoma lobuler
Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah menopause. Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada mammogram, tetapi biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada mammografi yang dilakukan untuk keperluan lain. Sekitar 25-30% penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan menderita kanker invasif (pada payudara yang sama atau payudara lainnya atau pada kedua payudara).
4. Kanker invasif
Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.
5. Karsinoma meduler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu.
6. Karsinoma tubuler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu.

PENYEBAB

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara. Beberapa faktor resiko tersebut adalah:

1.Usia.Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.

2. Pernah menderita kanker payudara.Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.

3.Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara. Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.

4. Faktor genetik dan hormonal. Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang mwanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar. Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker payudara adalah p53, BARD1, BRCA3 dan Noey2. Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami kerusakan. Faktor hormonal juga penting karena hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.

5.Pernah menderita penyakit payudara non-kanker. Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah saluarn air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia atipik).
6.Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara. Resiko menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun. Demikian pula halnya dengan menopause ataupun kehamilan pertama. Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara

7. Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen. Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.

8.Obesitas pasca menopause. Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes. Pemakaian alkohol. Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

9.Bahan kimia. Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
10. DES (dietilstilbestrol). Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara.
11.Penyinaran. Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

12.Faktor resiko lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim, ovarium dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

GEJALA
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur.
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya.

Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
  • - Benjolan atau massa di ketiak
  • - Perubahan ukuran atau bentuk payudara
  • - Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)
  • - Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu)
  • - Payudara tampak kemerahan
  • - Kulit di sekitar puting susu bersisik
  • - Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal
  • - Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara .

Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.

Penyaringan
Kanker pada stadium awal jarang menimbulkan gejala, karena itu sangat penting untuk melakukan penyaringan. Beberapa prosedur yang digunakan untuk penyaringan kanker payudara:

1.SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).

Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7-10 hari sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja, tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).

info lanjut tentang sadari klik disini

2. Mammografi.

Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah yang abnormal pada payudara. Para ahli menganjurkan kepada setiap wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun dan pada usia 50 tahun keatas mammogarm dilakukan sekali/tahun.

3.USG payudara.

USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan benjolan padat.

4.Termografi.

Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan berikut:

  • Biopsi (pengambilan contoh jaringan payudara untuk diperiksa dengan mikroskop)
  • Rontgen dada
  • Pemeriksaan darah untuk menilai fungsi hati dan penyebaran kanker
  • Skening tulang (dilakukan jika tumornya besar atau ditemukan pembesaran kelenjar getah bening)
  • Mammografi
  • USG payudara.

Staging (Penentuan Stadium Kanker)

Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan, follow-up dan menentukan prognosis. Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer):

  • - Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal
  • - Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar payudara
  • - Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
  • - Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
  • - Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
  • - Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada
  • - Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.

Selain stadium kanker, terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis pengobatan dan prognosis: Jenis sel kanker ,Gambaran kanker , Respon kanker terhadap hormon
Kanker yang memiliki reseptor estrogen tumbuh secara lebih lambat dan lebih sering ditemukan pada wanita pasca menopause. Ada atau tidaknya gen penyebab kanker payudara.

PENGOBATAN

Biasanya pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi. Pengobatannya terdiri dari pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan obat penghambat hormon.
Terapi penyinaran digunakan membunuh sel-sel kanker di tempat pengangkatan tumor dan daerah sekitarnya, termasuk kelenjar getah bening.

Kemoterapi (kombinasi obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang berkembanganbiak dengan cepat atau menekan perkembangbiakannya) dan obat-obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi kerja hormon yang menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.

Pengobatan untuk kanker payudara yang terlokalisir
Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan) untuk mengangkat sebanyak mungkin tumor. Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan breast-conserving (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya).

Pembedahan breast-conserving

  • Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di sekitarnya
  • Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan jaringan normal di sekitarnya yang lebih banyak
  • Kuadrantektomi : pengangkatan seperempat bagian payudara.

Pengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya memberikan peluang terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker. Keuntungan utama dari pembedahan breast-conserving ditambah terapi penyinaran adalah kosmetik. Biasanya efek samping dari penyinaran tidak menimbulkan nyeri dan berlangsung tidak lama. Kulit tampak merah atau melepuh.

Mastektomi

  • Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah payudara dibiarkan utuh.
    Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif yang telah menyebar luar ke dalam saluran air susu, karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker sering kambuh.
  • Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modifikasi mastektomi radikal : seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak.
  • Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya diangkat. Terapi penyinaran yang dilakukan setelah pembedahan, akan sangat mengurangi resiko kambuhnya kanker pada dinding dada atau pada kelenjar getah bening di sekitarnya.
    Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor di dalam kelenjar getah bening mempengaruhi pemakaian kemoterapi dan obat penghambat hormon.

Beberapa ahli percaya bahwa tumor yang garis tengahnya lebih kecil dari 1,3 cm bisa diatasi dengan pembedahan saja. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 5 cm, setelah pembedahan biasanya diberikan kemoterapi. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 7,6 cm, kemoterapi biasanya diberikan sebelum pembedahan.

Penderita karsinoma lobuler in situ bisa tetap berada dalam pengawasan ketat dan tidak menjalani pengobatan atau segera menjalani mastektomi bilateral (pengangkatan kedua payudara). Hanya 25% karsinoma lobuler yang berkembang menjadi kanker invasif sehingga banyak penderita yang memilih untuk tidak menjalani pengobatan.

Jika penderita memilih untuk menjalani pengobatan, maka dilakukan mastektomi bilateral karena kanker tidak selalu tumbuh pada payudara yang sama dengan karsinoma lobuler. Jika penderita menginginkan pengobatan selain mastektomi, maka diberikan obat penghambat hormon yaitu tamoxifen.

Setelah menjalani mastektomi simplek, kebanyakan penderita karsinoma duktal in situ tidak pernah mengalami kekambuhan. Banyak juga penderita yang menjalani lumpektomi, kadang dikombinasi dengan terapi penyinaran.

Kanker payudara inflamatoir adalah kanker yang sangat serius meskipun jarang terjadi. Payudara tampak seperti terinfeksi, teraba hangat, merah dan membengkak. Pengobatannya terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.

Rekonstrusi payudara

Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya. Rekonstruksi bisa dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di kemudian hari.

Akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon telah dipertanyakan. Silikon kadang merembes dari kantongnya sehingga implan menjadi keras, menimbulkan nyeri dan bentuknya berubah. Selain itu, silikon kadang masuk ke dalam laliran darah.

Kemoterapi & Obat Penghambat Hormon

Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinara, obat-obat tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara.

Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara.

Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan penderita.
Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.

Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi lanjutan setelah pembedahan. Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan esrogen dan memiliki beberapa efek yang sama dengan terapisulih hormon (misalnya mengurangi resiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta meningkatkan resiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak mengurangi hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.

Pengobatan kanker payudara yang telah menyebar
Kanker payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Bagian tubuh yang paling sering diserang adalah paru-paru, hati, tulang, kelenjar getah bening, otak dan kulit. Kanker muncul pada bagian tubuh tersebut dalam waktu bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun setelah kanker terdiagnosis dan diobati.

Penderita kanker payudara yang telah menyebar tetapi tidak menunjukkan gejala biasanya tidak akan memperoleh keuntungan dari pengobatan. Akibatnya pengobatan seringkali ditunda sampai timbul gejala (misalnya nyeri) atau kanker mulai memburuk. Jika penderita merasakan nyeri, diberikan obat penghambat hormon atau kemoterapi untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh. Tetapi jika kanker hanya ditemukan di tulang, maka dilakukan terapi penyinaran. Terapi penyinaran merupakan pengobatan yang paling efektif untuk kanker tulang dan kanker yang telah menyebar ke otak.

Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:

  • - kanker yang didukung oleh estrogen
  • - penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2 tahun setelah terdiagnosis
  • - kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita. Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40 tahun dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam jumlah besar atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause.

Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan pertama. Selain itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen bisa dilakukan pembedahan untuk mengangkat ovarium (indung telur) atau terapi penyinaran untuk menghancurkan ovarium.

Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat hormon yang lain.

Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan untuk mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu hormon steroid) biasanya diberikan pada saat yang bersamaan, karena aminoglutetimid menekan pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.

Kemoterapi yang paling efektif adalah cyclophosphamide, doxorubicin, paclitaxel, dosetaxel, vinorelbin dan mitomycin C. Obat-obat ini seringkali digunakan sebagai tambahan pada pemberian obat penghambat hormon.

PROGNOSIS
Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Angka kelangsungan hidup 5 tahun pada penderita kanker payudara yang telah menjalani pengobatan yang sesuai mendekati:

  • - 95% untuk stadium 0
  • - 88% untuk stadium I
  • - 66% untuk stadium II
  • - 36% untuk stadium III
  • - 7% untuk stadium IV.

PENCEGAHAN

Banyak faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa ahli diet dan ahli kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi angka kejadian kanker.
Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembhan jika masih pada stadium dini. SADARI, pemeriksan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan 3 alat untuk mendeteksi kanker secara dini.

Penelitian terakhir telah menyebutkan 2 macam obat yang terbukti bisa mengurangi resiko kanker payudara, yaitu tamoksifen dan raloksifen. Keduanya adalah anti estrogen di dalam jaringan payudara. Tamoksifen telah banyak digunakan untuk mencegah kekambuhan pada penderita yang telah menjalani pengobatan untuk kanker payudara. Obat ini bisa digunakan pada wanita yang memiliki resiko sangat tinggi.

Mastektomi pencegahan adalah pembedahan untuk mengangkat salah satu atau kedua payudara dan merupakan pilihan untuk mencegah kanker payudara pada wanita yang memiliki resiko sangat tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat karena kanker, wanita yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan wanita yang memiliki gen p53, BRCA1 atauk BRCA 2).

Wednesday, September 3, 2008

Bra Berkawat Tingkatkan Risiko Kanker Payudara?

Sebagian dari Anda mungkin terbiasa mendengar informasi bahwa bra berkawat dapat meningkatkan risiko terserang kanker payudara, karena kawat bra akan menekan sistem limfatik pada payudara, sehingga membuat racun terkumpul dan meningkatkan risiko kanker. Kekhawatiran itu tidak beralasan.

Tidak ada hubungan antara bentuk, jenis, atau ukuran bra yang dapat mempengaruhi terjadinya kanker payudara. Hanya saja, memakai bra dengan ukuran yang salah akan mempengaruhi bentuk payudara dan kenyamanan pemakainya.

Ada beberapa mitos lain yang beredar seputar kanker yang ditakuti kaum perempuan ini, dan sayangnya, tidak semuanya benar.

Hanya perempuan yang memiliki sejarah keluarga menderita kanker payudara yang memiliki risiko

Kenyataannya, sekitar 70 persen penderita kanker payudara tidak memiliki saudara atau keluarga yang mengidap penyakit yang sama. Namun memang, kemungkinan menderita kanker itu meningkat dua kali lipat bila Anda memiliki keluarga-tingkat-pertama (orangtua, anak, atau saudara kandung) yang menderita kanker itu. Dan bila ada dua orang atau lebih di keluarga Anda yang didiagnosa kanker payudara, kemungkinan itu bertambah besar.

Semua benjolan pada payudara berisiko kanker

Kenyataannya, hampir 80 persen benjolan di payudara perempuan tidak berbahaya, dan terbentuk karena faktor pertumbuhan atau perubahan hormon. Meski demikian, perempuan harus tetap rajin memeriksa diri sendiri, sehingga bila ditemukan keganjilan dapat segera terdeteksi.

Pemasangan silikon pada payudara dapat meningkatkan risiko kanker

Kenyataannya, pemasangan silikon sama sekali tidak meningkatkan risiko kanker. Menurut Prof. Dr. H. Muchlis Ramli dari Departemen Ilmu Bedah Onkologi FKUI, daya tolak reaksi jaringan tubuh terhadap silikon tergolong sangat rendah, sehingga sejauh ini tidak terbukti dapat menyebabkan kanker. Kalaupun ada pasien yang terbukti mengidap kanker setelah melakukan operasi, besar kemungkinan pasien tersebut memang sudah memiliki ‘bakat' kanker.

Meski demikian, karena payudara telah terpasangi silikon, maka agak sulit untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri, juga mempersulit pemeriksaan mamogram sehingga diperlukan tambahan sinar X untuk bisa mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Satu dari delapan orang perempuan terancam kanker payudara

Kenyataannya, risiko terserang penyakit ini meningkat seiring bertambahnya umur. Di usia 30-an, kemungkinan terserang kanker adalah 1 dari 233 orang. Saat berusia 85 tahun, kemungkinan itu meningkat menjadi 1 dari 8 orang.

Sumber: SuaraMerdeka

Perpanjang Harapan Hidup Penderita Kanker Payudara

Satu di antara delapan wanita berisiko terkena kanker payudara. Kendati terjadi penurunan angka kematian, angka kejadiannya terus meningkat, termasuk di Indonesia.

Kenaikan angka kejadian kanker tersebut karena makin banyaknya pasien yang terdeteksi kanker pembunuh nomor dua setelah kanker paru ini. Secara keseluruhan, hampir satu juta wanita mengalami kanker payudara setiap tahunnya. Di Amerika Serikat saja, jumlah pasien yang terdiagnosis kanker payudara tahun lalu diperkirakan mencapai 250.000. Sebanyak 40.000 di antaranya meninggal dunia. "Di Indonesia, kurva angka kejadian meningkat pada usia di atas 30 tahun,dan yang paling tinggi pada kelompok usia 45-66 tahun," kata staf Tim Kerja Kanker Payudara RS Kanker Dharmais (RSKD) Jakarta dr Samuel J Haryono SpB(K) Onk.

Sekalipun 5 persen-10 persen kanker payudara disebabkan faktor yang diwariskan, tapi faktor lain seperti gaya hidup yang buruk diduga turut berperan. Itulah sebabnya, kesadaran deteksi dini tak pernah bosan didengungkan. Hal ini penting untuk mengetahui adanya pertumbuhan sel kanker ataupun mencegah penyebaran ke jaringan lainnya. Jika ternyata terdeteksi terkena kanker, minimal dokter dapat melakukan upaya yang bertujuan memperpanjang harapan hidup pasien.

Sebuah studi terbaru yang dilakukan peneliti dari Universitas Otagodi Selandia Baru melaporkan, skrining atau deteksi dini kanker payudara pada wanita lanjut usia dapat menyelamatkan hidup 34 pasien per tahun. Survei yang dilakukan sekolah kedokteran Dunedin juga me-nyebutkan bahwa skrining yang dilakukan pada wanita usia 50-69 tahun terbukti mengurangi angka kematian akibat kanker payudara sebanyak 6 persen-8 persen atau sekitar 20-34 pasien. Dengan melakukan skrining pada usia lebih muda (mulai 45 tahun) juga diperkirakan mencegah 1-7 kematian pasien. "Penelitian ini masih dalam skala kecil. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam deteksi dini, terutama pada wanita lanjut usia, diperlukan metode skrining yang lebih baik dan mudah," saran staf penulis studi, Prof Brian Cox.
Sementara itu di RSKD sebagai pusat rujukan kanker di Indonesia, angka pasien kanker payudara terbilang paling tinggi dan selalu berfluktuasi dengan "rekan sejawatnya", yaitu kanker leher rahim. Pada tahun 2000, pasien yang didiagnosis terkena kanker stadium 3 atau 4 berkisar 60 persen - 70 persen, dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. "Rata-rata pasien yang datang sudah stadium 2B ke atas. Ini bukti masih rendahnya kesadaran check-up payudara," ucap spesialis bedah onkologi RSKD, dr Sutjipto SpB Onk.

Hal yang patut disayangkan lagi, di antara pasien yang terdeteksi banyak yang tidak memeriksakan kembali. Selain faktor finansial dan kesibukan kerja, ketakutan akan serangkaian terapi yang harus dijalani seperti biopsi, operasi, kemoterapi dan radiasi, merupakan salah satu penyebab keengganan penderita untuk melanjutkan pengobatan di rumah sakit.

Padahal, teknologi pengobatan kanker saat ini sudah canggih dan kemungkinan sembuh selalu ada jika pengobatan dilakukan dengan benar dan ditemukan dalam stadium awal. Terapi kanker payudara dapat dilakukan secara lokal maupun sistemik. Terapi lokal yang meliputi pembedahan dan radiasi digunakan untuk mengangkat, menghancurkan atau mengontrol sel kanker pada area tertentu seperti pada payudara. Adapun terapi sistemik seperti kemoterapi dan terapi hormon berfungsi menghancurkan sel-sel kanker di seluruh tubuh.

Dalam konferensi tahunan ke-43 American Society of Clinical Oncology (ASCO) yang berlangsung tahun lalu di Chicago, para ahli juga menyoroti terapi baru kanker dengan obat-obatan bertarget (tareted cancer therapy drugs) dan efektivitasnya terhadap beberapa jenis penyakit. Secara umum, obat-obatan ini difungsikan menyerang atau mengikat molekul tertentu yang menjadi pemicu pertumbuhan tumor (kanker) dan mengontrol aliran darah.

Sumber: Okezone

Saturday, August 30, 2008

Awas... Kanker Payudara :Ingin Tampil Menawan.. Payudara Jadi Korban

www.cariobat.blogspot.com Setiap wanita menginginkan tampil cantik, menarik dan menawan, dan kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh seorang wanita. Segala upaya dilakukan antara lain dengan memoles tubuhnya dengan beragam kosmetika. Tapi apakah mereka menyadari bahwa dibalik penggunaan produk kosmetika ada resiko yang harus dibayar mahal yaitu resiko terjadinya kanker payudara.

Kanker payudara adalah kanker ganas kedua yang paling banyak menyerang wanita setelah kanker leher rahim, dan kurang lebih 60-80% ditemukan pada stadium lanjut yang dapat berakibat fatal. Studi epidemiologi menyebutkan bahwa 90% kanker payudara berkaitan atau disebabkan oleh faktor lingkungan. Penyebab dasar dari faktor lingkungan masih terus diidentifikasi dan rupanya penggunaan kosmetika atau produk perawatan tubuh lainnya ikut berperan didalam terjadinya kanker payudara pasalnya didalam produk-produk tersebut ditemui zat yang menurut penelitian terakhir dapat mengganggu kesehatan payudara.

Parabens adalah zat yang ditengarai dapat menyebabkan resiko kanker payudara. Parabens digunakan sebagai bahan pengawet kimiawi untuk menghambat pertumbuhan bakteri, khamir dan jamur, yang ditambahkan pada ribuan produk kosmetika & perawatan tubuh (seperti kondisioner, deodoran, sampo, bedak, pasta gigi, krim pembersih, antiprespiran/antikeringat), makanan dan produk farmasi, dengan konsentrasi hingga 0.8%.
.
Parabens dikemasan produk mempunyai banyak nama lain seperti methyl-, ethyl-, propyl- atau butyl-parabens, dan dapat secara cepat diserap oleh usus dan darah, juga dapat diserap lewat kulit. Lebih dari 12 studi pada hewan dan kultur jaringan, menunjukkan bahwa parabens bersifat oestrogenik yang dapat mengganggu keseimbangan hormonal dan memicu pertumbuhan tumor pada jaringan payudara manusia.

Penelitian terakhir menyebutkan 5 jenis parabens ditemukan pada 18 dari 20 orang penderita kanker payudara. (J Appl Toxicol 24:5-13.). Walaupun penelitian terakhir ini tidak menunjukkan hubungan langsung antara parabens dan kanker payudara tapi ini menjadi perhatian khusus bagi produsen dan pengguna kosmetika didalam upaya pencegahan kanker payudara. Penulusuran kami menemukan bahwa zat ini juga digunakan pada produk perawatan bayi. Kami juga mengamati bahwa mereka yang mengikuti analisa sel darah dan mempunyai gangguan ketidakseimbangan hormonal, kanker payudara atau masalah limfatik, tak jarang diantara mereka mempunyai riwayat menggunakan deodoran atau antiprespiran atau produk-produk yang diduga oestrogenik.

Zat lain yang diduga bersifat oestrogenik adalah phthalates yang digunakan dalam pembuatan plastik (plasticizers) dan Cyclosiloxane yang digunakan sebagai kondisioner dan agen penyebar pada produk kosmetika.

Aluminium adalah masalah lain yang juga berdampak negatif bagi kesehatan payudara. Aluminium sering digunakan pada produk deodoran antiprespiran (antikeringat), dan studi memperlihatkan wanita yang mempunyai kanker payudara memiliki aluminium jauh lebih tinggi terutama didaerah ketiak. Walaupun aluminium dikenal beracun tapi garam aluminium (aluminium chloride, aluminium chlorhydrate, aluminium zirconium chlorhydrate) sering diijinkan dalam dosis tinggi, padahal menurut studi pada hewan dan manusia , zat ini bisa masuk lewat kulit.

Menanggapi hal tersebut, produsen yang menggunakan parabens atau zat lainnya yang disinyalir berbahaya menyatakan bahwa zat ini telah digunakan luas lebih dari 50 tahun dan tidak ada kaitannya dengan kanker payudara dan ini seakan diiyakan saja oleh The American Cancer Society. Namun masih ingatkah anda akan kasus Vioxx, obat pereda nyeri yang sekarang ini sudah ditarik dari peredaran karena dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke. Obat ini telah digunakan lebih dari 84 juta orang didunia, sejak diperkenalkan tahun 1999. Pemakai sudah jutaan, dan indikasi efek samping sudah ada, tapi mengapa baru tahun 2004, obat ini ditarik dari peredaran. Contoh lainnya formalin (formaldehid) telah lama digunakan tapi baru sekarang-sekarang kita baru menyadari kalau zat tersebut juga bisa beresiko pada kesehatan bila salah didalam penggunaannya.

Parabens adalah hanya salah satu contoh dari ribuan zat kimia yang digunakan didalam industri komersial. Di negri Paman Sam, ada sekitar 70.000 zat kimia yang digunakan dalam industri komersial, dan menurut EPA, 65.000 diantaranya potensial menimbulkan resiko bagi kesehatan manusia. Sementara itu, lebih dari 6.000 zat kima baru di tes setiap minggunya !

Lalu bagaimana menghadapi serbuan zat kimia berbahaya yang bertubi-tubi siap dan mungkin sudah masuk ke tubuh kita. Disadari atau tidak, kita setiap hari memasukkan zat tersebut kedalam tubuh kita, bisa karena faktor keterbatasan pilihan ataupun faktor ketidaktahuan mengingat zat kimia tertentu mempunyai banyak nama atau memang pihak produsen sengaja tidak mencantumkan didalam label.

Tidak ada jalan lain selain kita harus mengeluarkannya dan mulai sekarang jeli memilih produk yang hendak dipakai termasuk produk kosmetika. Hentikan penggunaan kosmetika atau produk yang terutama diduga mengandung parabens atau zat yang bersifat oestrogenik. Jaga kebersihan badan, bila ingin menghindari bau ketiak, anda bisa lakukan cara seperti menghapus keringat dari permukaan kulit, mencuci ketiak dengan air dan bila perlu mencukur bulu ketiak untuk mengurangi keringat yang terperangkap yang dapat menimbulkan bau. Selamat mencoba. (hendri priadi /ndrip-dari berbagai sumber)