Showing posts with label Gemuk dan kehamilan. Show all posts
Showing posts with label Gemuk dan kehamilan. Show all posts

Tuesday, December 16, 2008

Gemuk, Hamil Lebih Berisiko

WANITA yang mengalami kegemukan (obesitas) pada trimester pertama kehamilan maupun yang berat badannya melonjak naik, kemungkinan besar akan melewati masa kehamilan lebih lama serta berisiko mengalami komplikasi, demikian hasil penelitian terbaru. Dengan menggunakan arsip Swedish Medical Birth Register, Dr Fiona C. Denison berserta timnya dari Universitas Edinburgh Inggris menganalisa data medis para wanita yang melahirkan antara tahun 1998 dan 2002. Dari 143.519 kehamilan, 6,8 persen di antaranya melahirkan melewati jadwal normal atau lebih dari 42 pekan. Masa kehamilan normal berlangsung selama 40 pekan.

Dari data tersebut terungkap bahwa kehamilan yang melewati masa normal, lebih banyak dialami ibu hamil yang pada trimester pertama memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih tinggi maupun mereka yang berat badannya melonjak tinggi saat hamil.

Kelebihan berat badan atau obesitas saat trimester pertama dihubungkan dengan kemungkinan yang makin kecil untuk melahirkan secara spontan pada masa normal. Selain itu, obesitas dihubungkan dengan risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kelahiran mati, diabetes yang terkait kehamilan, dan operasi cesar.

"Kegemukan menimbulkan risiko signifikan bagi kesehatan ibu maupun bayi yang dikandungnya, dan penelitian kami menegaskan temuan lainnya bahwa obesitas punya hubungan yang signifikan dengan komplikasi-komplikasi seperti kelahiran mati, diabetes terkait kehamilan, darah tinggi yang disebabkan oleh kehamilan dan operasi cesar," ungkap Denison dan timnya.

"Jika gaya hidup sehat , termasuk beraktivitas fisik dan makan makanan sehat semakin dianjurkan untuk mereka yang hamil dalam keadaan gemuk, maka hasil dari proses melahirkan kemungkinan akan lebih baik.(AC ,Sumber : Reuters-Kompas)

Penderita Diabetes Saat Hamil Cenderung Lahirkan Bayi Gemuk


Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang terserang diabetes selama kehamilan lebih mungkin untuk kelebihan berat badan atau jadi gemuk dibandingkan teman sebaya mereka, demikian hasil suatu studi baru.

Namun, perawatan apa yang disebut diabetes saat hamil mengurangi resiko itu? Dr Teresa A. Hillier dan rekannya mengkaji hampir 10.000 pasangan ibu-anak yang terdaftar dalam rencana Kaiser Permanente di Hawaii dan di Pasifik Timur-laut selama masa dari 1995 sampai 2000. Perempuan yang sudah terserang diabetes tak dimasukkan.

Penelusuran anak-anak itu 5 sampai 7 tahun kemudian mengungkapkan hubungan besar antara berat tubuh mereka dan kadar gula darah ibu mereka ketika diperiksa selama kehamilan, demikian laporan para peneliti tersebut di dalam jurnal medis Diabates Care.

Secara khusus, seorang anak memiliki kemungkinan 28 persen lebih besar untuk kelebihan berat badan atau jadi gemuk ketika tingkat gula darah ibu mereka selama kehamilan berada pada posisi atas dibandingkan dengan yang memiliki gula darah pada posisi lebih rendah.
Menurut tim Hillier, kecenderungan itu tetap tinggi setelah penelitian pada peningkatan berat tubuh ibu, usia ibu, jumlah kehamilan, etnik, dan berat tubuh bayi saat dilahirkan.

Namun, analisis lebih lanjut memperlihatkan bahwa resiko kegemukan tak meningkat tajam di kalangan anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang menjalani perawatan diabetes saat hamil.

“Hasil kami menunjukkan bahwa ‘jejak motabolis’ anak untuk mengalami kegemukan pada masa depan terlihat dengan satu, atau lebih, kondisi tidak normal dalam pemeriksaan toleransi gula darah,” demikian kesimpulan Hillier dan rekannya. “Resiko tersebut dapat berubah melalui perawatan diabetes saat hamil.” (mediaindonesia)

Ibu Hamil Berbadan Subur, Nyawa Janin Terancam

Hamil bukan berarti ibu boleh makan "enak" semaunya hingga kegemukan. Studi terbaru menyebutkan bayi yang lahir dari ibu yang kegemukan memiliki risiko kematian lebih tinggi, terutama pada bayi yang dilahirkan prematur.

Hal tersebut terjadi karena pembuluh darah yang menyempit akibat timbunan lemak. Akibatnya pasokan nutrisi ke janin terhambat sehingga ia tidak bisa berkembang optimal. Risiko lainnya adalah janin mengalami hipoksia atau terhambatnya suplai oksigan karena plasenta menyempit karena lemak. Penghambatan ini bisa berakibat fatal, yakni merusak sel-sel otak janin. Kemungkinan lainnya adalah paru-parunya mengalami gangguan berat akibat kadar gula ibu sangat tinggi. Biasanya bayi dengan kondisi tersebut tidak akan bertahan lama setelah dilahirkan.

Studi yang dilakukan Dr Ellen A.Nohr dan timnya dari Denmark, adalah untuk meneliti kaitan antara obesitas saat hamil dan kematian janin, yang difokuskan pada kelahiran prematur akibat pecah ketuban dini (preterm rupture of membrane). Pada wanita yang melahirkan karena kasus pecahnya ketuban dini dan bayi belum cukup besar, biasanya dokter akan memberikan obat-obatan untuk mematangkan paru-paru bayi agar bisa bertahan hidup jika terpaksa dilahirkan.

Para peneliti berharap hasil penelitian mereka nantinya bisa dijadikan rekomendasi oleh para dokter kandungan dalam menangangi persalinan wanita berbadan subur. Seperti dilaporkan dalam jurnal Obstetrics & Gynecology, kematian bayi yang lahir dari ibu obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang beratnya normal. Angka kematian pada bayi yang lahir prematur dan ibunya berbadan subur bahkan tiga kali lebih tinggi.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya ibu hamil mengetahui pertambahan berat badan yang aman selama hamil. Pertambahan berat badan sampai kehamilan 9 bulan yang dianjurkan bagi kelompok gizi kurang adalah 12,5 kg - 18 kg, kelompok gizi baik sebanyak 11,5 kg - 16 kg, dan bagi kelompok gizi lebih (obesitas) sebanyak 7 - 11,5 kg.

Hal penting yang juga harus diperhatikan adalah pertambahan berat badan yang berlebihan dalam waktu singkat pada masa akhir kehamilan, karena ini merupakan salah satu petunjuk terjadinya preeklampsia (penyakit darah tinggi dalam kehamilan). Bila pertambahan berat badan ibu kurang, ada kemungkinan berat bayi yang ibu kandung juga kurang atau mengalami pertumbuhan janin terhambat. (Reuters/Kompas)

Friday, December 12, 2008

Hindari Rokok dan Kegemukan Saat Hamil

Pertumbuhan anak dipengaruhi kebiasaan ibunya sejak mengandung. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari wanita perokok atau kelebihan berat badan saat hamil cenderung tumbuh menjadi anak yang kelebihan berat badan.

Para peneliti Ohio State University menemukan, bayi-bayi tersebut memiliki resiko menderita kegemukan mencapai tiga kali lipat lebih besar daripada bayi yang lahir dari wanita yang memiliki berat badan normal. Pada wanita yang merokok selama hamil, resiko kelebihan berat badan pada anaknya dua kali lipat lebih besar.

Apakah kecenderungan ini ada hubungannya dengan perubahan biologis yang terjadi di rahim atau dipengaruhi faktor lingkungan setelah lahir, masih belum jelas. Meskipun demikian, berdasarkan analisis, kedua faktor itu mendorong kelebihan berat badan anak-anak sejak awal.
"Kami tidak memiliki data, tapi temuan kami menunjukkan bahwa pengaruh ini dapat dilihat sebagai faktor resiko sebab terdapat hubungan yang sangat erat," kata Pamela Salsberry, seorang profesor di Ohio State University yang menulia penelitian tersebut. Temuan ini dipublikasikan dalam Pediatrics edisi Desember.

Menggunakan data dari National Longitudinal Survey Youth, Salsberry dan koleganya, Patricia Reagan membandingkan tinggi dan berat seorang anak yang dibagi dalam tiga bentuk karakteristik sebelum dan sesudah lahir. Beberapa karakteristik yang dilihat adalah umur, ras, pendidikan, berat, sejarah merokok, status perkawinan, apakah ibunya pernah melahirkan sebelumnya, dan apakah anak tersebut disusui langsung atau tidak.

Analisis yang mereka lakukan melibatkan 3.000 anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan pada usia 3,5 dan 7 tahun. Dari analisis tersebut, terlihat bahwa anak-anak cenderung mengalami kegemukan jika indeks massa tubuh (BMI) menyentuh di atas pesentil 95 pada kartu pertumbuhan berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Menurut para peneliti, banyak sekali faktor yang mempengaruhi kegemukan anak sejak dini tapi kedua faktor itulah yang paling berpengaruh. Anak-anak yang dilahirkan dari wanita yang mengalami kegemukan beresiko kelebihan berat badan antara dua hingga tiga kali lipat pada usia 7 tahun.

"Hal tersebut penting diketahui semua wanita agar memahami bahwa kondisi berat badan saat hamil mepengaruhi pertumbuhan anak," kata Salsberry. Anak-anak yang lahir dari wanita perokok memiliki resiko kelebihan berat pada usia 7 tahun hingga 74 persen lebih besar daripada anak-anak yang lahir dari wanita yang tidak merokok selama hamil. Selain itu, anak-anak berkulit hitam cenderung lebih mudah kelebihan berat saat usia 7 tahun daripada anak berkulit putih.

"Penelitian ini sangat menarik karena memastikan pentingnya menjaga kesehatan dalam jangka panjang," kata Dr. Helen Binns, direktur klinik evaluasi gizi di Children’s Memorial Hospital, Chicago. Tentang apakah ia percaya bahwa terdapat pengaruh tambahan dari lingkungan atau sesuatu yang terjadi sebelum lahir, yang jelas lingkungan sebelum maupun sesudah lahir penting diperhatikan.

Selain itu, lanjut Helen, sebagai orang tua, kita perlu melihat dan merawat diri sendiri sebab hal tersebut akan berpengaruh pada anak-anak. Kegemukan pada anak-anak bukanlah masalah anak-anak semata namun menjadi masalah bagi keluarga dan lingkungan sekitar. Kita tidak mungkin hanya mempermasalahkan kegemukan pada anak-anak tapi juga mendorong kebiasaan hidup sehat.

"Untuk mengatasi hal tersebut, pertama-tama kita harus memusatkan diri pada gaya hidup sehat sehingga kebiasaan ini dapat berlangsung secara rutin. Mulailah satu langkah kecil untuk membiasakan gaya hidup sehat pada diri Anda dan keluarga. Kebiasaan ini akan ditiru oleh anak-anak. Jangan melanggar diet dan makanlah sesuatu yang menyehatkan seperti buah-buahan dan sayuran. Dari situlah gaya hidup sehat dapat dimulai dan diatur."

Salsberry menambahkan, kegemukan pada anak-anak tidak selalu menjadi masalah tapi hal tersebut berjalan sesuai umur. Anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan saat usia sekolah biasanya memang mengalami kegemukan saat usia yang lebih muda. Pesan yang perlu diperhatikan adalah pentingnya orang tua dan para tenaga kesehatan memperhatikan berat badan dan mencegah kegemukan sedini mungkin./Kompas