Showing posts with label Gangguan Hormon. Show all posts
Showing posts with label Gangguan Hormon. Show all posts

Monday, August 30, 2010

Gangguan Hormon



Horomon dan Sistem endokrin

  1. Hormon dan Sistem Endokrin
  2. Sistem Kekebalan Tubuh
  3. Memahami Sistem Kekebalan Tubuh
  4. Bagaimana Limfosit Mengenali Antigen
  5. Sistem Getah Bening
  6. Kekebalan Tubuh Khusus
  7. Kelenjar Hipofisa
  8. Kelenjar Tiroid


Kelainan Kelenjar Tiroid

  1. Hipertiroidisme
  2. Hipotiroidisme
  3. Tiroiditis (radang kelenjar tiroid)
  4. Tiroiditis Hashimoto (Tiroiditis autoimun)
  5. Tiroiditis Granulomatosa Subakut
  6. Tiroiditis Limfosotik Laten
  7. Kanker Tiroid
  8. Sindroma Sakit Eutiroid


Kelainan Kelenjar Hipofisa

  1. Sindroma Empty Sella
  2. Hipopituitarisme
  3. Diabetes Insipidus
  4. Akromegali
  5. Galaktore


Gangguan Endokrin

  1. Diabetes Mellitus
  2. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
  3. Sindroma Neoplasia Endokrin Multipel
  4. Sindroma Defisiensi Poliglanduler
  5. Karsinoid


Kelainan Kelenjar Adrenal

  1. Kelenjar adrenal yang kurang aktif
  2. Kelenjar Adrenal Yang Terlalu Aktif
  3. Feokromositoma : Sebabkan Hipertensi Sangat Berat
  4. Cushing's Syndrome
  5. Virilization : Sifat Maskulin Berlebihan Pada Wani...
  6. Hyperaldosteronism
  7. Kekebalan Tubuh Khusus
  8. Penyakit Addison

Sunday, August 22, 2010

Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem kekebalan tubuh dirancang untuk pertahanan tubuh melawan benda asing atau zat-zat kimia berbahaya yang menyerang. Beberapa zat-zat termasuk mikroorganisme (biasanya disebut kuman, seperti bakteri, virus, dan jamur), parasit (seperti cacing), sel kanker, dan bahkan organ dan jaringan yang ditransplantasi. Zat-zat yang merangsang reaksi kekebalan di dalam tubuh disebut antigen. Antigen bisa juga ada dengan sendirinya-misal, sebagai polen atau molekul makanan. Reaksi kekebalan normal terdiri dari mengenali antigen benda asing, mengerahkan kekuatan untuk bertahan melawan benda asing itu, dan menyerangnya.

Gangguan pada sistem kekebalan terjadi :

* ketika tubuh menghasilkan reaksi kekebalan melawan dirinya sendiri (gangguan autoimun).
* ketika tubuh tidak dapat menghasilkan reaksi kekebalan yang tepat melawan serangan mikroorganisme (gangguan imunodefisiensi).
* ketika reaksi kekebalan normal terhadap antigen benda asing merusak jaringan-jaringan normal (reaksi alergi).

Baris pertama pada pertahanan melawan serangan adalah penghalang mekanik atau fisik ; kulit ; kornea pada mata ; dan selaput yang melapisi pernafasan ; dan saluran pencernaan, berkemih, dan saluran reproduksi. Selama penghalang ini tetap tidak rusak, banyak penyerang tidak dapat masuk ke dalamnya. Jika penghalang rusak-misalnya, jika luka terbakar berlebihan merusak banyak bagian kulit-resiko infeksi meningkat. Sebagai tambahan, penghalang bertahan dengan pengeluaran yang mengandung enzim yang bisa menghancurkan bakteri. Misal air mata pada mata dan sekresi pada saluran pencernaan dan vagina.

Lapisan selanjutnya pada pertahanan meliputi sel darah putih yang berjalan melalui pembuluh darah menuju jaringan, untuk dan menyerang mikroorganisme dan penyerang lainnya, pertahanan ini memiliki dua bagian. Bagian pertama, disebut kekebalan nonspesifik, meliputi beberapa jenis sel darah putih yang biasanya beraksi terhadap dirinya untuk menghancurkan penyerang-penyerang. Bagian kedua, disebut kekebalan khusus (adaptif), meliputi sel darah putih yang bekerja bersama untuk menghancurkan penghalang-penghalang. Beberapa sel ini tidak secara langssung menghancurkan penyerang-penyerang tetapi memampukan sel darah putih lainnya untuk mengenali dan menghancurkan penyerang-penyerang.

Kekebalan tidak khusus dan kekebalan khusus berinteraksi, mempengaruhi satu sama lain secara langsung atau melalui zat-zat yang menarik atau mengaktifkan sel lain pada sistem kekebalan-bagian pada langkah mobilisasi dalam pertahanan. Zat-zat ini termasuk sitokinesis (yang menyampaikan sistem kekebalan), antibodi, dan penyeimbang protein (yang membentuk sistem penyeimbang). Zat-zat ini tidak mengandung sel tetapi melarutkan cairan tubuh, seperti plasma, bagian cairan pada darah.

Untuk dapat menghancurkan penyerang, sistem kekebalan terlebih dahulu harus mengenali mereka. Dimana, sistem kekebalan harus bisa untuk membedakan apa yang bukan dirinya (benda asing) dari dirinya. Sistem kekebalan bisa membuat perbedaan ini karena semua sel telah mengidentifikasikan molekul pada permukaan mereka. Mikroorganiseme dikenali karena mereka unik, benda asing mengenali molekul pada permukaan mereka. Pada manusia, molekul pengenal disebut antigens leukosit manusia (HLA), atau major histocompatibility complex (MHC). Molekul HLA disebut antigen karena mereka menimbulkan reaksi kebal pada orang lain (biasanya, mereka tidak menimbulkan reaksi kebal pada orang yang telah memilikinya). Setiap orang memiliki antigen leukosit manusia yang unik. Sebuah sel dengan molekul pada permukaannya yang tidak teridentifikasi kepada mereka pada sel tubuhnya diidentifikasi oleh benda asing. Sistem kebal kemudian menyerang sel tersebut. Seperti suatu sel kemungkinan sebagai mikroorganisme, sel yang berasal dari jaringan yang ditranplantasikan, atau salah satu dari sel tubuh yang telah terinfeksi oleh serangan mikroorganisme..

Beberapa sel darah putih-limfosit B-mengenali penyerang secara langsung. Tetapi yang lainnya-limfosit T- membutuhkan bantuan dari sel lainnya pada sistem kekebalan-disebut sel antigen-presenting. Sel ini mencerna penyerang dan menguraikannya ke dalam bagian-bagian. Bagian-bagian antigen yang berasal dari penyerang tersebut kemudian “dihadirkan” dalam saluran dimana limfosit T bisa dikenali.

Sistem kekebalan termasuk beberapa organ-organ sebagai tambahan untuk pembubaran sel sepanjang tubuh. Organ-organ ini dikelompokkan sebagai organ limfoid primer dan sekunder. Organ limfoid primer-kelenjar thymus dan tulang rawan-adalah tempat dimana sel darah putih dihasilkan. Pada kelenjar thymus, limfosit-sebuah jenis sel darah putih-yang dihasilkan dan dilatih untuk mengenali antigen asing dan mengabaikan antigen tubuh sendiri. (limfosit T adalah kritis untuk kekebalan khusus). Tulang rawan menghasilkan beberapa jenis sel darah putih, termasuk neutrophil, monocytes, dan limfosit B. Ketika diperlukan untuk pertahanan tubuh, sel darah putih digerakkan, sebagian besar dari tulang rawan. Mereka kemudian digerakkan ke dalam aliran darah dan mengalir kemanapun mereka perlu.

Organ limfoid sekunder termasuk limpa, batang getah bening, amandel, hati, usus, dan tambalan peyer pada usus kecil. Organ-organ ini menangkap mikroorganisme dan bahan-bahan asing lain dan menyediakan tempat untuk sel matang pada sistem kekebalan untuk mengumpulkan berinteraksi satu sama lain dan dengan bahan-bahan asing, dan menghasilkan reaksi sistem kekebalan.

Batang getah bening secara strategis diletakkan di dalam tubuh dan dihubungkan dengan jaringan pembuluh darah getah bening, yang bertindak sebagai sistem peredarah sistem kekebalan tubuh. Sistem getah bening mengangkut mikroorganisme, bahan-bahan asing lainnya, sel kanker, dan sel mati dan rusak dari jaringan menuju batang getah bening dan kemudian menuju aliran darah. batang getah bening adalah salah satu tempat pertama dimana sel kanker dapat menyebar. Dengan demikian, dokter seringkali meneliti batang getah bening untuk memastikan apakal kanker telah menyebar. Sel kanker pada batang getah bening menyebabkan batang tersebut bengkak. Batang getah bening bisa juga bengkak setelah infeksi, karena reaksi kekebalan terhadap infeksi dihasilkan di batang getah bening.

Memahami Sistem Kekebalan Tubuh

  • Antibodi (immunoglobulin): Protein yang dihasilkan oleh limfosit dan berinteraksi dengan antigen khusus
  • Antigen: Setiap zat yang bisa merangsang reaksi kekebalan
  • Basofil: Sel darah putih yang melepaskan histamin (zat yang mempengaruhi reaksi alergi) dan yang menghasilkan zat untuk menarik neutropil dan eosinopil untuk ke tempat masalah.
  • Sel: Bagian terkecil pada kehidupan organisme, terdiri dari nucleus dan sitoplasma yang dikelilingi oleh selaput
  • Chemotaxis: Proses menarik sel karena zat kimia.
  • Sistem komplemen: Kumpulan protein dengan berbagai fungsi kekebalan, seperti membunuh bakteri dan sel benda asing yang lain, membuat sel benda asing mudah bagi macrophages untuk mengidentifikasi dan mencernanya, penarikan macrophages dan neutropil ke daerah yang sulit, dan meningkatkan keefektifitasan pada antibodi.
  • Sitokinesis (Cytokines): Pengantar sistem kekebalan, yang membantu mengatur reaksi kekebalan.
  • Sel Dendrit: Sel darah putih yang biasanya menetap di jaringan dan yang membantu limfosit T untuk mengenal antigen benda asing.
  • Eosinofil: Sel darah putih dapat mencerna bakteri dan sel benda asing lain, yang bisa menolong melumpuhkan dan membunuh parasit, yang berpartisipasi dalam reaksi alergi, dan yang membantu menghancurkan sel kanker.
  • Helper T cell: Sel darah putih yang membantu limfosit B mengenali dan menghasilkan antibodi melawan antigen benda asing.
  • Histocompatibility: Secara harafiah, kemampuan jaringan, ditentukan oleh antigen leukosit manusia (histocompatibility kompleks yang besar) dan digunakan untuk memastikan apakah transplantasi jaringan atau organ bisa diterima oleh penerima.
  • Human leukocyte antigens (HLA): Kumpulan molekul yang ditempatkan di permukaan sel dan unik di setiap organisme, memampukan tubuh untuk membedakan dirinya dengan bukan dirinya, yang juga disebut major histocompatibility komples.
  • Reaksi kekebalan: Reaksi pada sistem kekebalan terhadap antigen.
  • Immunoglobulin: Sinonimnya antibodi.
  • Interleukin:Tipe sekresi cytokine dengan beberapa sel darah putih untuk mempengaruhi sel darah putih lainnya.
  • Killer (cytotoxic) T cell: Limfosit yang menuju benda asing atau sel yang tidak normal dan membunuhnya.
  • Leukosit:Sel darah putih, seperti monocyte, neutropil, eosinophil, basophil, atau limfosit.
  • Limfosit:Sel darah putih bertanggungjawab untuk kekebalan khusus, termasuk menghasilkan antibodi (oleh limfosit B) dan membedakan dirinya dengan bukan dirinya (oleh limfosit T).
  • Makrofag:Sel besar yang diperoleh dari sel darah putih disebut monocyte yang mencerna bakteri dan sel benda asing lain, dan yang membantu sel darah putih mengidentifikasi mikroorganisme dan zat-zat benda asing lainnya.
  • Major histocompatibility complex (MHC): Sinonim untuk antigen leukosit manusia.
  • Mast cell: Sel pada jaringan yang melepaskan histamin dan zat lain yang berhubungan dengan reaksi alergi.
  • Molekul:Sekelompok atom secara kimia dikombinasikan untuk membentuk zat kimia unik.
  • Natural killer cell:Jenis limfosit yang, tidak sama dengan limfosit lain, siap dibentuk untuk membunuh mikroorganisme tertentu dan sel kanker.
  • Neutrofil:Sel darah putih yang mencerna dan membunuh bakteri dan sel benda asing lain.
  • Pagosit: Sel yang mencerna dan membunuh serangan mikroorganisme, sel lain, dan bagian-bagian sel.
  • Pagositisis: Proses pada sel mencerna dan menyerang mikroorganisme, sel lain, atau bagian sel.
  • Reseptor:Molekul pada permukaan sel atau bagian dalam sel yang mengijinkan hanya molekul yang sesuai sekali-seperti kunci yang sesuai dengan gembok-untuk mendampinginya.
  • Suppressor T cell: Sel darah putih yang membantu akhir reaksi kekebalan.

Bagaimana Limfosit Mengenali Antigen


Limfosit T adalah bagian dari sistem pengendali kebal. Mereka berjalan melalui aliran darah dan sistem lymphatic, mencari zat-zat benda asing (antigen) di dalam tubuh. meskipun begitu, limfosit T tidak dapat mengenali antigen sampai telah diproses dan ‘dihadirkan’ ke limfosit T oleh sel darah putih lainnya, disebut sel antigen-presenting. Sel antigen-presenting terdiri dari sel dendritic (yang paling efektif), makrofag, dan limfosit B.

  1. Dengan sendirinya, limfosit T tidak dapat mengenali antigen yang beredar di dalam tubuh.
  2. Sel yang dapat memproses antigen, seperti sel dendritic, mencerna antigen.
  3. Enzim di dalam sel antigen-processing memecah antigen ke dalam kepingan-kepingan.
  4. Beberapa kepingan-kepingan antigen diangkut oleh molekul antigen leukosit manusia (HLA) sebagaimana mereka disusun di dalam sel antigen-processing. Kemudian molekul tersebut bersama dengan kepingan-kepingan antigen diantarkan ke permukaan sel.
  5. Molekul khusus disebut sel-T penerima, yang diletakkan di permukaan pada limfosit T, dapat mengenali kepingan-kepingan antigen ketika hal ini digabungkan dan dihadirkan oleh Molekul HLA. Sel-T penerima kemudian bergabung dengan bagian molekul HLA menghadirkan bagian-bagian antigen, menyesuaikan seperti kunci dengan gemboknya.

Sistem Getah Bening

Sistem getah bening adalah bagian vital pada sistem kekebalan, sepanjang kelenjar thymus, tulang rawan, limpa, amandel, hati, usus, dan tambalan peyer pada usus kecil.

Sistem getah bening adalah jaringan pada batang getah bening dihubungkan dengan pembuluh darah getah bening. Sistem ini mengangkut getah bening. Cairan yang mengandung oksigen, protein, dan nutrisi lain yang terus merembes melalui dinding tipis pada kapiler ke dalam jaringan tubuh untuk menutrisi mereka. Beberapa cairan ini memasuki pembuluh darah getah bening untuk segera kembali ke aliran darah. Cairan tersebut juga mengangkut zat-zat asing (seperti bakteri), sel kanker, dan sel mati atau rusak yang kemungkinan hadir di jaringan menuju pembuluh getah bening. Getah bening juga mengandung banyak sel darah putih.

Semua bahan diangkut oleh getah bening melalui setidaknya satu batang getah bening, dimana zat-zat asing bisa disaring keluar dan dihancurkan sebelum cairan kembali ke aliran darah. Pada batang getah bening, sel darah putih bisa berkumpul, berinteraksi satu sama lain dan antigen, dan menghasilkan reaksi kekebalan terhadap zat-zat asing. Batang getah bening mengandung penghubung pada jaringan dimana limfosit dikemas dengan ketat. Mikroorganisme yang sangat berbahaya disaring melalui penghubung, kemudian diserang oleh limfosit dan macrophages (yang juga ada pada batang getah bening). Batang getah bening seringkali diikat di daerah dimana pembuluh darah getah bening bercabang, seperti leher, ketiak, dan kunci paha.

Kekebalan Tubuh Khusus

Kekebalan khusus (adaptive) tidak ada ketika lahir ; hal ini diperoleh. Ketika sistem kekebalan seseorang menjumpai antigen, mempelajari cara terbaik untuk menyerang setiap antigen dan mulai membentuk ingatan untuk antigen itu. Kekebalan khusus begitu dinamakan karena menyesuaikan serangan itu sendiri terhadap antigen khusus yang dihadang sebelumnya. Tanda kekebalan pada kekebalan khusus adalah kemampuannya untuk belajar, beradaptasi, dan mengingat. Kekebalan khusus memerlukan waktu untuk berkembang setelah awalnya berhubungan dengan antigen baru. Meskipun begitu, ingatan terbentuk, reaksi berikutnya terhadap penghadangan antigen sebelumnya lebih efektif dan lebih cepat daripada yang dihasilkan oleh kekebalan yang tidak khusus.

Lymphocytes

Lymphocytes adalah jenis sel darah putih yang paling penting yang berhubungan dengan kekebalan khusus. Sel dendritic, antibody, cytokines, dan keseimbangan ‘istem (yang meningkatkan keefektifan antibodi) juga terlibat.
Lymphocytes memungkinkan tubuh untuk mengingat antigen dan untuk membedakan dirinya dari yang bukan dirinya (asing). Lymphocytes berputar di dalam aliran darah dan sistem lymphatic dan memindahkan ke dalam jaringan seperti yang diperlukan.

Sistem kekebalan tubuh bisa mengingat setiap antigen yang dijumpai karena lymphocytes hidup lama-untuk tahunan atau bahkan satu dasawarsa. Ketika lymphocytes menjumpai antigen untuk kedua kalinya, mereka segera bereaksi, dengan kuat, dan khususnya terhadap antigen tertentu. Reaksi kekebalan khusus tersebut ini adalah penyebab orang tidak mengidap cacar air atau campak lebih dari satu kali dan dimana vaksinasi bisa mencegah gangguan tertentu.
Lymphocytes termasuk B lymphocytes, T lymphocytes , dan sel pembunuh alami (yang berhubungan dalam kekebalan tidak khusus).

B Lymphocytes : B lymphocytes (sel B) dibentuk di dalam tulang rawan. Lymphocytes memiliki bagian tertentu (receptor) pada permukaan mereka dimana antigen khusus bisa menempel. Ketika lymphocytes menjumpai antigen, antigen tersebut menempel pada reseptor (sel yang peka terhadap rangsangan), merangsang B lymphocytes untuk berubah ke dalam sel plasma. Sel plasma menghasilkan antibodi. Antibodi ini adalah khusus untuk antigen yang merangsang produksi mereka.

T Lymphocytes : T lymphocytes (sel T) dihasilkan di dalam kelenjar thymus. Disana, mereka belajar bagaimana membedakan dirinya dari bukan dirinya. Hanya T lymphocytes yang tahan terhadap molekul pengidentifikasi diri sendiri dibiarkan untuk matang dan meninggalkan thymus. Tanpa proses pelatihan ini, T lymphocytes bisa menyerang sel dan jaringan tubuh.

T Lymphocytes dewasa dibentuk dan disimpan pada organ lymphoid tambahan (seperti limpa), tulang rawan, dan getah bening. Mereka berputar di dalam aliran darah dan sistem lymphatic, dimana mereka mencari benda asing tertentu atau sel yang tidak normal, seperti bakteri tertentu atau sel yang terinfeksi oleh virus tertentu. T Lymphocytes bisa menyerang benda asing tertentu atau sel yang tidak normal.

Terdapat beberapa jenis berbeda dari T lymphocytes :

* Sel T pembunuh (cytotoxic) menempel pada benda asing atau sel yang tidak normal (karena mereka mengenali antigen pada sel ini). Sel T pembunuh membunuh benda asing atau sel yang tidak normal dengan membuat lubang di dalam selaput sel dan menyuntikkan enzim ke dalam sel tersebut.
* Sel T pembantu. membantu B lymphocytes mengenali dan menghasilkan antibodi melawan antigen asing. Sel T pembantu juga membantu sel T pembunuh untuk membunuh benda asing atau sel yang tidak normal. * Sel T suppressor menghasilkan zat yang membantu mengakhiri reaksi kekebalan.

Kadangkala T lymphocytes -untuk alasan yang sepenuhnya tidak dapat dipahami-berkembang tanpa atau kehilangan kemampuan untuk membedakan diri sendiri dari bukan diri sendiri. Akibatnya adalah gangguan autoimun, dimana tubuh menyerang jaringannya sendiri.

Sel dendrite

Sel dendritic terbentuk dari monocytes dan terletak sebagian besar pada jaringan, sel dendritic yang baru terbentuk mencerna dan menguraikan antigen ke dalam bagian-bagian sehingga sel kekebalan lainnya bisa mengenali mereka-kegiatannya disebut pemrosesan antigen. Sel dendritic dewasa setelah dirangsang oleh cytokine pada bagian infeksi atau peradangan. Kemudian, bergerak dari jaringan menuju getah bening dimana menunjukkan (kehadiran) kepingan antigen menuju T lymphocytes yang menghasilkan reaksi kekebalan khusus.

Antibodi

Ketika B lymphocytes menjumpai antigen, hal ini dirangsang untuk matang ke dalam sel plasma, yang kemudian menghasilkan antibodi (juga disebut immunoglobulin, atau Ig). Antibodi melindungi tubuh dengan membantu sel kekebalan lainnya mencerna antigen, dengan menonaktifkan zat-zat racun yang dihasilkan oleh bakteri, dan dengan menyerang bakteri dan virus secara langsung, antibodi juga mengaktifkan sistem pelengkap. Antibodi adalah penting untuk melumpuhkan infeksi bakteri tertentu.

Setiap molekul antibodi memiliki dua bagian. Salah satu bagian bervariasi; hal ini dikhususkan untuk menempel pada antigen khusus. Bagian lainnya adalah salah satu dari lima struktur, yang memastikan kelas antibodi-IgG, IgM, IgD, IgE, atau IgA. Bagian ini adalah sama dalam setiap kelas.
IgM : kelas antibodi ini dihasilkan ketika antigen tertentu ditemukan untuk pertama kali. Reaksi tersebut dipicu oleh pertemuan pertama dengan antigen disebut reaksi antibody primer. Secara normal, IgM di dalam aliran darah tetapi bukan di dalam jaringan.

IgG : kelas antibodi yang paling umum, IgG dihasilkan ketika antigen tertentu bertemu kembali. Reaksi ini disebut reaksi antibodi tambahan. Hal ini lebih cepat dan dihasilkan pada antibodi lebih daripada reaksi antibodi primer. IgG terdapat pada aliran darah dan jaringan. Hal ini satu-satunya kelas antibodi yang melintasi plasenta dari ibu ke janin. IgG ibu melindungi janin dan bayi sampai sistem kekebalan bayi bisa menghasilkan antibodi sendiri.

IgA : antibodi ini membantu bertahan melawan serangan mikroorganisme sepanjang permukaan tubuh dilapisi dengan selaput lendir, termasuk pada hidung, mata, paru-paru dan saluran pencernaan. IgA terdapat di dalam aliran darah, pada pengeluaran yang dihasilkan oleh selaput lendir, dan pada air susu ibu.

IgE : antibodi ini memicu alergi dengan segera. IgE diikat pada basophil (jenis sel darah putih) di dalam aliran darah dan tiang sel pada jaringan. Ketika basophil atau tiang sel dengan IgE diikatkan pada mereka menjumpai pencetus alergi (antigen yang menyebabkan reaksi alergi), mereka melepaskan zat yang menyebabkan peradangan dan kerusakan di sekitar jaringan. Dengan demikian, IgE adalah satu-satunya kelas antibodi yang sering tampak lebih berbahaya daripada baik. Meskipun begitu, IgE bisa membantu bertahan melawan infeksi parasit tertentu yang umum pada beberapa negara berkembang.

IgD : antibodi dalam jumlah kecil terdapat di dalam aliran darah. fungsi IgD tidak dimengerti dengan baik.

Strategi untuk Menyerang

Jenis lain pada serangan mikroorganisme diserang dan dihancurkan dalam cara yang berbeda. Beberapa mikroorganisme secara langsung dikenali, dicerna, dan dihancurkan oleh pagosit, sepeti neutrophil dan macrophage. Meskipun begitu, pagosit tidak dapat mengenali bakteri tertentu, karena bakteri tersebut disertai kapsul. Pada kasus ini, limfosit B telah membantu pagosit dengan pengenalan. Limfosit B menghasilkan antibodi melawan antigen yang terkandung di dalam kapsul bakteri. Antibodi tersebut menempel pada kapsul. Pagosit bisa kemudian mengenali dan mencerna seluruh keseluruhan komplek, termasuk bakteri.

Beberapa mikroorganisme tidak dapat sepenuhnya dihilangkan. Untuk bertahan melawan mikroorganisme ini, sistem kekebalan membangun dinding di sekitar mereka. Dinding tersebut dibentuk ketika pagosit, terutama macrophage, menempel satu sama lain. Mikroorganisme dinding tersebut disebut granuloma. Beberapa bakteri dengan demikian ditahan bisa bertahan di dalam tubuh dengan tidak terbatas. Jika sistem kekebalan dilemahkan (bahkan 50 atau 60 tahun kemudian), dinding granuloma bisa hancur, dan bakteri bisa mulai berkembangbiak, menghasilkan gejala-gejala.

Struktur Y Dasar dari Antibodi
Molekul antibodi dasarnya berbentuk seperti Y. Molekul tersebut memiliki 2 bagian. Salah satu bagian bervariasi dari antibodi ke antibodi, tergantung pada antigen mana tujuan antibodi. Antigen tersebut menempel pada bagian yang berubah-ubah. Bagian lain (bagian tetap) adalah salah satu dari lima struktur, yang memastikan kelas antibodi-IgG, IgM, IgD, IgE atau IgA. Bagian ini adalah sama dalam setiap kelas

Kelenjar Hipofisa





Hipofisa merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak.

Sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.

Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.



Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya. Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas hipofisa.

Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus posterior (belakang).

Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara langsung menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan melalui impuls saraf.



Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan fungsi:

# Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (indung telur dan buah zakar)

# Laktasi (pembentukan susu oleh payudara)

# Pertumbuhan seluruh tubuh.

Adenohipofisa juga menghasilkan hormon yang menyebabkan kulit berwarna lebih gelap dan hormon yang menghambat sensasi nyeri.



Hipofisa posterior menghasilkan hormon yang berfungsi:

# Mengatur keseimbangan air

# Merangsang pengeluaran air susu dari payudara wanita yang menyusui

# Merangsang kontraksi rahim.



Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas kelenjar target.

Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya dilepaskan terus menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode aktif dan tidak aktif.

Beberapa hormon (misalnya kortikotropin yang berfungsi mengendalikan kelenjar adrenal, hormon pertumbuhan yang mengendalikan pertumbuhan dan prolaktin yang mengendalikan pembuatan air susu) mengikuti suatu irama yang teratur, yaitu kadarnya meningkat dan menurun sepanjang hari, biasanya mencapai puncaknya sesaat sebelum bangun dan turun sampai kadar terendah sesaat sebelum tidur.

Kadar hormon lainnya bervariasi, tergantung kepada beberapa faktor. Pada wanita, kadar LH (luteinizing hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone) yang mengendalikan fungsi reproduksi, bervariasi selama siklus menstruasi.

Terlalu banyak atau terlalu sedikitnya satu atau lebih hormon hipofisa menyebabkan sejumlah gejala yang bervariasi.





FUNGSI HIPOFISA ANTERIOR



Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Bagian ini melepaskan hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan fisik yang normal atau merangsang aktivitas kelenjar adrenal, kelenjar tiroid serta indung telur atau buah zakar.

Jika hormon yang dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin lainnya juga akanmelepaskan hormon yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.



Salah satu hormon yang dilepaskan oleh lobus anterior adalah kortikotropin (ACTH, adenocorticotropic hormone), yang merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol dan beberapa steroid yang menyerupai testosteron (androgenik).

Tanpa kortikotropin, kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal.



Beberapa hormon lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu beta-melanocyte stimulating hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan endorfin, yang mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.



TSH (thyroid-stimulating hormone) juga dihasilkan oleh lobus anterior dan berfungsi merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.

Terlalu banyak TSH menyebabkan pembentukan tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme), terlalu sedikit TSH menyebakbn berkurangnya pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).



2 hormon lainnya yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah LH (luteinizing hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone). Keduanya merupakan gonadotropin, berfungsi merangsang indung telur dan buah zakar.

Pada wanita, kedua hormon ini merangsang pembentukan estrogen dan progesteron serta merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur.

Pada pria, LH merangsang buah zakar untuk menghasilkan testosteron dan FSH merangsang pembentukan sperma.



Salah satu hormon terpenting yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah hormon pertumbuhan, yang merangsang pertumbuhan otot dan tulang serta membantu mengatur metabolisme.

Hormon pertumbuhan dapat meningkatkan aliran gula ke otot dan lemak, merangsang pembentukan protein di hati dan otot serta memperlambat pembentukan jaringan lemak.

Efek jangka panjang dari hormon pertumbuhan adalah menghambat pengambilan dan pemakaian gula sehingga kadar gula darah meningkat dan meningkatkan pembentukan lemak dan kadar lemak dalam darah.

Kedua efek tersebut sangat penting karena tubuh harus menyesuaikan diri dengan kekurangan makanan ketika berpuasa.

Bersamaan dengan kortisol, hormon pertumbuhan membantu mempertahankan kadar gula darah untuk otak dan memindahkan lemak, sehingga sel-sel tubuha lainnya dapat menggunakannya sebagai cadangan sumber energi.

Pada berbagai kasus, hormon pertumbuhan tampaknya bekerja dengan cara mengaktifkan sejumlah faktor pertumbuhan, yang paling penting adalah faktor pertumbuhan yang menyerupai insulin (IGF-1, insulin-klike growth factor).





FUNGSI LOBUS POSTERIOR



Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu hormon antidiuretik dan oksitosin.

Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan oleh sel-sel saraf di dalam hipotalamus; sel-sel saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa posterior, dimana hormon ini dilepaskan.

Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang kelenjar endokrin lainnya, tetapi langsung mempengaruhi organ target.



Hormon antidiuretik (disebut juga vasopresin) meningkatkan penahanan air oleh ginjal. Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang memadai.

Jika terjadi dehidrasi, maka reseptor khusus di jantung, paru-paru. Otak dan aorta, mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon antidiuretik. Kadar elektrolit (misalnya natrium, klorida dan kalium) dalam darah harus dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-sel berfungsi secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi (yang dirasakan oleh otak) akan merangsang pelepasan hormon antidiuretik.

Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar gula darah yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya klorpropamid, obat-obat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati asma dan emfisema).



Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan pembentukan hormon antidiuretik. Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan dimana ginjal terlalu banyak membuang air.

Kadang hormon antidiuretik diproduksi secara berlebihan, misalnya pada SIADH (syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone). Pada SIADH, kadar hormon antidiuretik terlalu tinggi sehingga tubuh menahan air dan kadar beberapa elektrolit dalam darah (misalnya natrium) menurun. Sindroma ini terjadi pada penderita gagal jantung dan penderita penyakit hipotalamus.

Kadang hormon antidiuretik dibuat diluar hipofisa, terutama oleh beberapa kanker paru-paru. Karena itu jika ditemukan kadar hormon antidiuretik yang tinggi, selain dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi kelenjar hipofisa, juga dilakukan pemeriksaan terhadap kanker.



Oksitosin menyebabkan kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah persalinan untuk mencegah perdarahan.

Oksitosin juga merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar susu. Pengisapan puting susu merangsang pelepasan oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di dalam payudara berkontraksi, sehingga air susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu.



Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa



Hormon

Organ target

Hormon antidiuretik

Ginjal

Beta-melanocyte stimulating hormone

Kulit

Kortikotropin

Kelenjar adrenal

Endorfin

Otak

Enkefalin

Otak

FSH

Indung telur atau buah zakar

Hormon pertumbuhan

Otot & tulang

LH

Indung telur atau buah zakar

Oksitosin

Rahim & kelenjar susu

Prolaktin

Kelenjar susu

TSH

Kelenjar tiroid





Kelenjar Tiroid



Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher, tepat dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus, sehingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu.

Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak dibawah atau di samping jakun.



Kelenjar tiroid



Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh.

Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara:



1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein

2. Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.



Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat.



Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu eleman yang terdapat di dalam makanan dan air.

Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormon tiroid.

Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan didaur-ulang untuk kembali menghasilkan hormon tiroid.



Tubuh memiliki mekanisme yang runit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid.

Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan thyrotropin-releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH).

Sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.

Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini disebut mekanisme umpan balik.



Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk:



1. Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.

2. Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-iodo-tironin (T3).

Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan 20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.





Perubahan dari T4 menjadi T3 di dalam hati dan organ lainnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu.

Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein tertentu di dalam darah dan hanya aktif jika tidak terikat pada protein ini. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah hormon tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolisme tetap stabil.



Agar kelenjar tiroid berfungsi secara normal, maka berbagai faktor harus bekerjasama secara benar:

- hipotalamus

- kelenjar hipofisa

- hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan T4 menjadi T3 di dalam hati serta organ lainnya).



GEJALA



Gejala-gejala penyakit tiroid

Hipertiroidisme

Hipotiroidisme

Denyut jantung yg cepat

Denyut nadi yg lambat

Tekanan darah tinggi

Suara serak

Kulit lembat & berkeringat banyak

Berbicara menjadi lambat

Gemetaran

Alis mata rontok

Gelisah

Kelopak mata turun

Nafsu makan bertambah disertai penambahan berat badan

Tidak tahan cuaca dingin

Sulit tidur

Sembelit

Sering buang air besar & diare

Penambahan berat badan

Lemah

Rambut kering, tipis, kasar

Kulit diatas tulang kering menonjol & menebal

Kulit kering, bersisik, tebal, kasar

Kulit diatas tulang kering menebal & menonjol

Mata membengkak, memerah & menonjol

Sindroma terowongan karpal

Mata peka terhadap cahaya

Kebingungan

Mata seakan menatap

Depresi

Kebingungan

Demensia





DIAGNOSA



Untuk mengetahui fungsi kelenjar tiroid, bisa dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium.

Salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pengukuran kadar TSH di dalam darah. Hormon ini merangsang kelenjar tiroid, karena itu jika kelenjar tiroid kurang aktif maka kadar hormon ini tinggi; sedangkan jika kelenjar tiroid terlalu aktif , maka kadar hormon ini rendah.



Biasanya pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pengukuran kadar TSH dan kadar T4 yang bebas dalam darah.

Tetapi bisa juga dilakukan pengukuran kadar protein globulin pengikat tiroksin, karena kadar protein yang abnormal bisa menimbulkan kesalahpahaman dalam menilai kadar hormon tiroid total.

Penderita penyakit ginjal, beberapa penyakit keturunan atau pemakaian steroid anabolik memiliki kadar globulin pengikat tiroksin yang rendah. Sebaliknya, wanita hamil, pemakai pil KB atau estrogen lainnya, penderita hepatitis stadium awal dan beberapa penyakit lainnya, memiliki kadar globulin pengikat tiroksin yang tinggi.



Beberapa pemeriksaan bisa dilakukan pada kelenjar tiroid.

Jika diduga terdapat pertumbuhan di dalam kelenjar tiroid, dilakukan pemeriksaan USG, untuk menentukan apakah pertumbuhan ini berupa cairan atau padat.

Skening kelenjar tiroid dengan yodium radioaktif atau teknetium, bisa menunjukkan kelainan fisik pada kelenjar tiroid. Skening tiroid juga bisa membantu menentukan apakah fungsi dari suatu daerah tiroid bersifat normal, terlalu aktif atau kurang aktif.



Jika masih belum yakin apakah kelainannya terletak pada kelenjar tiroid atau kelenjar hipofisa, maka dilakukan pemeriksaan perangsangan fungsional.

Pada salah satu dari pemeriksaan ini dilakukan penyuntikan thyrotropin-releasing hormone intravena dan pemeriksaan darah untuk mengukur respon dari kelenjar hipofisa.

Hipertiroidisme


Hipertiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan, sehingga menghasilkan sejumlah besar hormon tiroid.

Hipertiroidisme bisa ditemukan dalam bentuk penyakit Graves, gondok noduler toksik atau hipertiroidisme sekunder.


PENYAKIT GRAVES

Penyakit Graves (goiter difusa toksika) dipercaya disebabkan oleh suatu antibodi yang merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon torid yang berlebihan.
Penderita penyakit Graves memiliki gejala-gejala khas dari hipertiroidisme dan 3 gejala tambahan khusus:

# Seluruh kelenjar terangsang, sehingga kelenjar sangat membesar, menyebabkan suatu benjolan di leher (gondok, goiter)
# Eksoftalmus (mata menonjol).
Hal ini terjadi sebagai akibat dari penimbunan zat di dalam orbit mata.
# Penonjolan kulit diatas tulang kering.

Otot-otot yang menggerakkan mata tidak mampu berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga sulit atau tidak mungkin menggerakkan mata secara normal atau sulit mengkoordinir gerakan mata, akibatnya terjadi pandangan ganda.

Kelopak mata tidak dapat menutup secara sempurna, sehingga mata terpapar oleh benda-benda asing dan mengalami kekeringan.

Perubahan mata ini bisa terjadi bertahun-tahun sebelum gejala lainnya timbul (merupakan pertanda awal dari penyakit Graves) atau bisa juga muncul setelah gejala lainnya timbul.
Gejala mata bahkan bisa terjadi atau bertambah buruk setelah pelepasan hormon tiorid yang berlebihan ini diobati dan berhasil dikendalikan.

Gejala mata bisa dikurangi dengan:
- menempatkan kepala pada posisi yang lebih tinggi di tempat tidur
- memberikan obat tetes mata
- tidur dengan kelopak mata tertutup, dengan bantuan plester
- mengkonsumsi obat diuretik (kadang-kadang).

Penglihatan ganda bisa diatasi dengan memakai kacamata prisma.
Jika tindakan-tindakan diatas tidak membantu, mungkin perlu diberikan obat kortikosteroid, terapi sinar X atau pembedahan mata.

Zat yang tertimbun di belakang mata juga bisa tertimbun di dalam kulit, biasanya diatas tulang kering. Daerah penebalan in bisa terasa gatal dan merah serta terasa keras jika ditekan dengan jari tangan.

Penebalan kulit ini juga bisa terjadi sebelum atau sesudah gejala hipertiroidisme lainnya muncul.

Untuk mengurangi gatal dan kekerasan kulit, bisa diberikan krim atau salep kortikosteroid. Gangguan ini seringkali menghilang dengan sendirinya beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian.

Goiter noduler toksika

Pada goiter noduler toksika, satu atau beberapa nodul di dalam tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiorid dan berada diluar kendali TSH (thyroid-stimulating hormone.
Nodul tersebut benar-benar merupakan tumor tiroid jinak dan tidak berhubungan dengan penonjolan mata serta gangguan kulit pada penyakit Graves.

Hipertiroidisme sekunder

Hipertiroidisme bisa disebabkan oleh tumor hipofisa yang menghasilkan terlalu banyak TSH, sehingga merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan.
Penyebab lainnya adalah perlawanan hipofisa terhadap hormon tiroid, sehingga kelenjar hipofisa menghasilkan terlalu banyak TSH.

Wanita dengan mola hidatidosa (hamil anggur) juga bis menderita hipertiroidisme karena perangsangan yang berlebihan terhadap kelenjar tirois akibat kadar HCG (human chorionic gonadotropin) yang tinggi dalam darah.
Jika kehamilan anggur berakhir dan HCG tidak ditemukan lagi di dalam darah, maka hipertiroidisme akan menghilang.

PENYEBAB
Penyebab dari hipertiroidisme adalah:
# Reaksi imunologis
# Tiroiditis
# Adenoma tiroid toksik



GEJALA

Pada hipertiroidisme, apapun penyebabnya, terjadi peningkatan fungsi tubuh:
- Jantung berdetak lebih cepat dan bisa terjadi kelainan irama jantung, yang bisa menyebabkan palpitasi (jantung berdebar-debar)
- Tekanan darah cenderung meningkat
- Penderita merasakan hangat meskipun berada dalam ruangan yang sejuk
- Kulit menjadi lembab dan cenderung mengeluarkan keringat yang berlebihan
- Tangan memperlihatkan tremor (gemetaran) halus
- Penderita merasa gugup, letih dan lemah meskipun tidak melakukan kegiatan yang berat
- Nafsu makan bertambah, tetapi berat badan berkurang
- Sulit tidur
- Sering buang air besar, kadang disertai diare
- Terjadi perubahan pada mata : bengkak di sekitar mata, bertambahnya pembentukan air mata, iritasi dan peka terhadap cahaya. Gejala ini akan segera menghilang setelah pelepasan hormon tiroid terkendali, kecuali pada penyakit Graves yang menyebabkan gangguan mata khusus.


KOMPLIKASI

Badai tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid, yang terjadi secara tiba-tiba.
Badai tiroid bisa menyebakan:
- demam
- kelemahan dan pengkisutan otot yang luar biasa
- kegelisahan
- perubahan suasana hati
- kebingungan
- perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
- pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan.

Badai tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan memerlukan tindakan segera.
Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok.

Badai tiroid biasanya terjadi karena hipertiroidisme tidak diobati atau karena pengobatan yang tidak adekuat, dan bisa dipicu oleh:
- infeksi
- trauma
- pembedahan
- diabetes yang kurang terkendali
- ketakutan
- kehamilan atau persalinan
- tidak melanjutkan pengobatan tiroid
- stres lainnya.
Badai tiroid jarang terjadi pada anak-anak.

DIAGNOSA

Tanda-tanda vital (suhu, nadi, laju pernafasan, tekanan darah) menunjukkan peningkatan denyut jantung. Tekanan darah sistolik bisa meningkat.
Pemeriksaan fisik bisa menunjukkan adanya pembesaran kelenjar tiroid atau gondok.

Untuk menilai fungsi tiroid dilakukan pemeriksaan:
- TSH serum (biasanya menurun)
- T3, T4 (biasanya meningkat).

PENGOBATAN

Hipertiroidisme biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan, pilihan lainnya adalah pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid atau pemberian yodium radioaktif.
Setiap pengobatan memiliki kelebihan dan kekurangan.

Agar bekerja sebagaimana mestinya, kelenjar tiroid memerlukan sejumlah kecil yodium; jumlah yodium yang berlebihan bisa menurunkan jumlah hormon yang dibuat dan mencegah pelepasan hormon tiroid.

Karena itu untuk menghentikan pelepasan hormon tiroid yang berlebih, bisa diberikan yodium dosis tinggi.

Pemberian yodium terutama bermanfaat jika hipertiroidisme harus segera dikendalikan (misalnya jika terjadi badai tiroid atau sebelum dilakukan tindakan pembedahan).
Yodium tidak digunakan pada pengobatan rutin atau pengobatan jangka panjang.

Propiltiourasil atau metimazol, merupakan obat yang paling sering digunakan untuk mengobati hipertiroidisme. Obat ini memperlambat fungsi tiroid dengan cara mengurangi pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar.

Kedua obat tersebut diberikan per-oral (ditelan), dimulai dengan dosis tinggi, selanjutnya disesuaika dengan hasil pemeriksaan darah terhadap hormon tiroid.
Obat ini biasanya bisa mengendalikan fungsi tiroid dalam waktu 6 minggu sampai 3 bulan. Dosis yang lebih tinggi bisa mempercepat pengendalian fungis tiroid, tetapi resiko terjadinya efek samping juga meningkat.

Efek samping yang terjadi bisa berupa reaksi alergi (ruam kulit), mual, hilang rasa dan penekanan sintesa sel darah merah di sumsum tulang. Penekanan sumsum tulang bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih, sehingga penderita sangat peka terhadap infeksi.
Pada wanita hamil, penggunaan propiltriurasil lebih aman dibandingkan dengan metimazol karena lebih sedikit obat yang sampai ke janin.

Obat-obat beta bloker (misalnya propanolol) membantu mengendalikan beberapa gejala hipertiroidisme. Obat ini efektif dalam memperlambat denyut jantung yang cepat, mengurangi gemetar dan mengendalikan kecemasan.

Beta bloker terutama bermanfaat dalam mengatasi badai tiroid dan penderita yang memiliki gejala yang mengganggu atau berbahaya, yang hipertiroidismenya tidak dapat dikendalikan oleh obat lain. Tetapi beta bloker tidak mengendalikan fungsi tiroid yang abnormal.

Hipertiroidisme juga bisa diobati dengan yodium radioaktif, yang menghancurkan kelanjar tiroid.

Yodium radioaktif per-oral memberikan pengaruh yang sangat kecil terhadap tubuh, tetapi memberikan pengaruh yang besar terhadap kelenjar tiroid. Karena itu dosisnya disesuaikan sehingga hanya menghancurkan sejumlah kecil tiroid agar pembentukan hormon kembali normal, tanpa terlalu banyak mengurangi fungsi tiroid.

Sebagian besar pemakaian yodium radioaktif pada akhirnya menyebakan hipotiroidisme. Sekitar 25% penderita mengalami hipotiroidisme dalam waktu 1 tahun setelah pemberian yodium radioaktif.

Yodium radioaktif tidak diberikan kepada wanita hamil karena bisa melewati sawar plasenta dan bisa merusak kelenjar tiroid janin.

Pada tiroidektomi, kelenjar tiroid diangkat melalui pembedahan.
Pembedahan merupakan terapi pilihan untuk:
- penderita muda
- penderita yang gondoknya sangat besar
- penderita yang alergi terhadap obat atau mengalami efek samping akibat obat.
Setelah menjalani pembedahan, bisa terjadi hipotiroidisme. Kepada penderita ini diberikan terapi sulih hormon sepanjang hidupnya.
Komplikasi lain dari pembedahan adalah kelumpuhan pita suara dan kerusakan kelenjar paratiroid (kelenjar kecil di belakang kelenjar tiroid yang mengendalikan kadar kalsium dalam darah).

Hipotiroidisme


Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid.
Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.

PENYEBAB

Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto.
Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.

Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme.

Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).
Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang.

GEJALA

Kekurangan hormon tiroid menyebabkan melambatnya fungsi tubuh.
Gejalanya ringan dan timbul secara bertahap, bisa disalahartikan sebagai depresi.

Ekspresi wajah menjadi tumpul, suara menjadi serak dan berbicara menjadi lambat, kelopak mata menutup dan mata serta wajah menjadi bengkak.
Banyak penderita yang mengalami penambahan berat badan, sembelit dan tidak tahan terhadap cuaca dingin.

Rambut menjadi tipis, kasar dan kering; kulit menjadi kasar, kering, bersisik dan menebal.
Banyak penderita yang mengalami sindroma terowongan karpal.

Denyut nadi bisa melambat, telapak tangan dan telapak kaki tampak agak oranye (karotenemia) dan alis mata bagian samping mulai rontok.
Beberapa penderita, terutama yang berusia lanjut, menjadi pelupa, bingung dan pikun.

Jika tidak diobati, pada akhirnya akan terjadi anemia dan gagal jantung.
Keadaan ini bisa berkembang menjadi stupor atau koma (koma miksedema). Keadaan ini bisa berakibat fatal; pernafasan menjadi lambat, penderita mengalami kejang dan aliran darah ke otak berkurang.
Koma miksedema bisa dipicu oleh:
- cuaca dingin
- infeksi
- trauma
- obat-obatan (misalnya obat penenang yang menekan fungsi otak).

DIAGNOSA

Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang.
Tanda-tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung, tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah.

Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.

Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.

PENGOBATAN

Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut).
Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).

Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius.
Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal.
Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.

Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.

Tiroiditis (radang kelenjar tiroid)

Tiroiditis adalah suatu peradangan pada kelenjar tiroid, menyebabkan hipertiroidisme sementara yang seringkali diikuti oleh hipotiroidisme sementara atau sama sekali tidak terjadi perubahan dalam fungsi tiroid.

3 jenis tiroiditis:

1. Tiroiditis Hashimoto
2. Tiroiditis granulomatosa subakut
3. Tiroiditis limfositik laten.

Tiroiditis Hashimoto (Tiroiditis autoimun)


Tiroiditis Hashimoto (Tiroiditis autoimun) adalah peradangan kelenjar tiroid yang sering menyebabkan hipotiroidisme.

Tiroiditis Hashimoto merupakan jenis tiroiditis yang paling sering ditemukan.
Paling sering terjadi pada wanita usia lanjut dan cenderung diturunkan.

PENYEBAB
Untuk alasan yang tidak diketahui, tubuh melawan dirinya sendiri dalam suatu reaksi autoimun, membentuk antibodi yang menyerang kelenjar tiroid.

Penyakit ini 8 kali lebih sering terjadi pada wanita dan bisa terjadi pada orang-orang yang memiliki kelainan kromosom tertentu, seperti sindroma Turner, sindroma Down dan sindroma Kleinefelter.

GEJALA
Tiroiditis Hashimoto sering dimulai dengan pembesaran kelenjar tiroid yang tidakmenimbulkan nyeri atau rasa penuh di leher.
Jika diraba, kelenjar terasa membesar, teksturnya seperti karet tetapi tidak lembut; kadang terasa berbenjol-benjol.

20% penderita memililki kelenjar tiroid yang kurang aktif, sisanya memiliki kelenjar yang berfungsi normal.
Banyak penderita yang juga memiliki kelainan endokrin lainnya (seperti diabetes (kencing manis), kelenjar adrenal yang kurang aktif atau kelenjar paratiroid yang kurang aktif) dan penyakit autoimun lainnya (misalnya anemia pernisiosa, artritis rematoid, sindroma Sj?gren atau lupus eritematosus sistemik).



DIAGNOSA
Dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid pada contoh darah untuk menentukan apakah fungsi kelenjar masih normal.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan adanya antibodi yang menyerang kelenjar (antibodi antitiroid) di dalam darah.

PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk tiroiditis Hashimoto.
Sebagian besar penderita pada akhirnya akan mengalami hipotiroidisme dan harus menjalani terapi sulih hormon sepanjang hidupnya.

Hormon tiroid juga bisa digunakan untuk mengurangi pembesaran kelenjar tiroid.

Tiroiditis Granulomatosa Subakut

Tiroiditis Granulomatosa Subakut (Tiroiditis sel raksasa granulomatosa) adalah peradangan kelenjar tiroid yang biasanya terjadi setelah infeksi saluran pernafasan bagian atas.

PENYEBAB

Tiroiditis granulomatosa subakut mungkin disebabkan oleh virus dan timbul lebih mendadak dibandingkan tiroiditis Hashimoto.

GEJALA

Penyakit ini seringkali terjadi setelah suatu penyakit virus dan bermula sebagai apa yang disebut dengan nyeri tenggorokan, meskipun sebenarnya merupakan nyeri leher yang terlokalisir pada tiroid.

Kelenjar tiroid menjadi lunak dan biasanya timbul demam yang tidak terlalu tinggi (37,2-38,3?Celsius).

Nyeri bisa berpindah dari satu sisi ke sisi lainnya, menyebar ke rahang dan telinga dan terasa lebih nyeri jika penderita menggerakkan kepalanya atau jika penderita menelan. Penyakit ini seringkali terjadi setelah suatu penyakit virus dan bermula sebagai apa yang disebut nyeri tenggorokan, meskipun sebenarnya merupakan nyeri leher yang terlokalisir pada tiroid.

Penyakit ini seringkali terjadi setelah suatu penyakit virus dan bermula sebagai apa yang disebut nyeri tenggorokan, meskipun sebenarnya merupakan nyeri leher yang terlokalisir pada tiroid.

Peradangan biasanya menyebabkan kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid, sehingga terjadi hipertiroidisme, yang hampir selalu diikuti oleh hipotiroidisme sementara.
Banyak penderita yang merasakan kelelahan yang luar biasa.

DIAGNOSA

Pada stadium awal, hasil pemeriksaan laboratorium biasanya menunjukkan kadar TSH yang rendah dan kadar T4 yang tinggi.
Pada stadium akhir, kadar TSH biasanya tinggi dan kadar T4 rendah.

Biopsi kelenjar tiroid menunjukkan peradangan sel raksasa.

PENGOBATAN

Aspirin atau obat anti peradangan non-steroid lainnya (misalnya ibuprofen) bisa mengurangi nyeri dan peradangan.

Pada kasus yang sangat berat, bisa diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) selama 6-8 minggu.
Jika pemberian kortikosteroid dihentikan, gejalanya sering kembali muncul.

Tiroiditis Limfosotik Laten

Tiroiditis Limfositik Laten adalah peradangan pada kelenjar tiroid, yang disertai oleh penyusupan (infiltrasi) limfosit.

Penyakit ini paling sering menyerang wanita, terutama setelah melahirkan dan menyebabkan pembesaran tiroid tanpa disertai perlunakan.

PENYEBAB

Penyebabnya tidak diketahui.
Terjadi penyusupan limfosit (sejenis sel darah putih) ke dalam kelenjar tiroid.

GEJALA

Selama beberapa minggu sampai beberapa bulan, penderita mengalami hipertiroidisme yang diikuti oleh hipotiroidisme, sebelum akhirnya memiliki fungsi tiroid yang normal.

DIAGNOSA

Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya pembesaran kelenjar tiroid.
Denyut nadi bisa meningkat.

Kadar T3 dan T4 dalam darah meningkat.

Biopsi kelenjar tiroid menunjukkan adanya infiltrasi limfosit.

PENGOBATAN
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan khusus. Pengobatan diberikan untuk mengatasi hipertiroidisme maupun hipotiroidisme.

Beta bloker (misalnya propanolol) seringkali merupakan satu-satunya obat yang diperlukan untuk mengobati gejala hipertiroidisme.
Selama terjadinya hipotiroidisme, penderita menjalani terapi sulih hormon, biasanya tidak lebih dari beberapa bulan. Pada 10% penderita, hipotiroidisme menjadi menetap.

Kanker Tiroid

Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe ; papiler, folikuler, anaplastik atau meduler.

Kanker jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) di dalam kelenjar.
Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak dan biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.

Kanker tiroid seringkali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid; tetapi kadang kanker menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.

Nodul tiroid cenderung bersifat ganas jika:
- hanya ditemukan satu
- skening tiroid menunjukkan bahwa nodul tidak berfungsi
- nodulnya padat dan isinya bukan cairan (kistik)
- nodulnya keras
- pertumbuhannya cepat.


KANKER PAPILER

60-70% dari kanker tiroid adalah kanker papiler.
2-3 kali lebih sering terjadi pada wanita.

Kanker papiler lebih sering ditemukan pada orang muda, tetapi pada usia lanjut kanker ini lebih cepat tumbuh dan menyebar.
Resiko tinggi terjadinya kanker papiler ditemukan pada orang yang pernah menjalani terapi penyinaran di leher.

Kanker ini diatasi dengan tindakan pembedahan, yang kadang melibatkan pengangkatan kelenjar getah bening di sekitarnya.
Nodul dengan diameter lebih kecil dari 1,9 cm diangkat bersamaan dengan kelenjar tiroid di sekitarnya, meskipun beberapa ahli menganjurkan untuk mengangkat seluruh kelenjar tiroid.
Pembedahan hampir selalu bisa menyembuhkan kanker ini.

Diberikan hormon tiroid dalam dosis yang cukup untuk menekan pelepasan TSH dan membantu mencegah kekambuhan.

Jika nodulnya lebih besar, maka biasanya dilakukan pengangkatan sebagian besar atau seluruh kelenjar tiroid dan seringkali diberikan yodium radioaktif, dengan harapan bahwa jaringan tiroid yang tersisa atau kanker yang telah menyebar akan menyerapnya dan hancur.
Dosis yodium radioaktif lainnya mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa keseluruhan kanker telah dihancurkan.
Kanker papiler hampir selalu dapat disembuhkan.


KANKER FOLIKULER

15% dari kanker tiroid adalah kanker folikuler.
Kanker folikuler juga lebih sering ditemukan pada wanita.

Kanker folikuler cenderung menyebar melalui aliran darah, menyebarkan sel-sel kanker ke berbagai organ tubuh.

Pengobatan untuk kanker ini adalah pengangkatan sebanyak mungkin kelenjar tiroid dan pemberian yodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan maupun sel kanker yang tersisa.

KANKER ANAPLASTIK

Kurang dari 10% kanker tiroid merupakan kanker anaplastik.
Kanker ini paling sering ditemukan pda wanita usia lanjut.

Kanker anaplastik tumbuh sangat cepat dan biasanya menyebabkan benjolan yang besar di leher.
Sekitar 80% penderita meninggal dalam waktu 1 tahun.

Pemberian yodium radioaktif tidak berguna karena kanker tidak menyerap yodium radioaktif.
Pemberian obat anti kanker dan terapi penyinaran sebelum dan setelah pembedahan memberikan hasil yang cukup memuaskan.

KANKER MEDULER

Pada kanker meduler, kelenjar tiroid menghasilkan sejumlah besar kalsitonin (hormon yang dihasilkan oleh sel-sel tiroid tertentu).
Karena juga bisa menghasilkan hormon lainnya, maka kanker ini menyebabkan gejala-gejala yang tidak biasa.

Kanker cenderung menyebar melalu sistem getah bening ke kelenjar getah bening dan melalui darah ke hati, paru-paru dan tulang.

Pada sindroma neoplasia endokrin multipel, kanker meduler bisa terjadi bersamaan dengan kanker endokrin lainnya.

Pengobatannya meliputi pengangkatan seluruh kelenjar tiroid.
Lebih dari 2/3 penderita kanker meduler yang merupakan bagian dari sindroma neoplasia endokrin multipel, bertahan hidup 10 tahun; jika kanker meduler berdiri sendiri, maka angka harapan hidup penderitanya tidak sebaik itu.

Kadang kanker ini diturunkan, karena itu seseorang yang memiliki hubungan darah dengan penderita kanker meduler, sebaiknya menjalai penyaringan untuk kelainan genetik. Jika hasilnya negatif, maka hampir dapat dipastikan orang tersebut tidak akan menderita kanker meduler. Jika hasilnya positif, maka dia akan menderita kanker meduler; sehingga harus dipertimbangkan untuk menjalani pengangkatan tiroid meskipun gejalanya belum timbul dan kadar kalsitonin darah belum meningkat.
Kadar kalsitonin yang tinggi atau peningkatan kadar kalsitonin yang berlebihan setelah dilakukan tes perangsangan, juga membantu dalam meramalkan apakah seseorang akan menderita kanker meduler.

PENYEBAB

Kanker tiroid lebih sering ditemukan pada orang-orang yang pernah menjalani terapi penyinaran di kepala, leher maupun dada.

Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.

GEJALA

Terdapat pembesaran kelenjar tiroid atau pembengkakan leher.

Suara penderita berubah atau menjadi serak.

Bisa terjadi batuk atau batuk berdarah, serta diare atau sembelit.

DIAGNOSA

Pertanda awal dari kanker tiroid biasanya adalah benjolan yang tidak terasa nyeri di leher.

Skening tiroid bisa menentukan apakah nodulnya berfungsi atau tidak, karena nodul yang tidak berfungsi cenderung bersifat ganas.

Pemeriksaan USG bisa membantu menentukan apakah nodulnya padat atau berisi cairan.

Contoh nodul biasanya diambil dengan jarum untuk keperluan biopsi.
Biopsi merupakan cara terbaik untuk menentukan apakah nodulnya jinak atau ganas.

Sindroma Sakit Eutiroid

Pada Sindroma Sakit Eutiroid, pemeriksaan tiroid menunjukkan kelainan, meskipun kelenjar tiroid berfungsi secara normal.

PENYEBAB

Sindroma sakit eutiroid biasanya terjadi pada orang-orang yang menderita penyakit berat selain penyakit tiroid.

GEJALA

Jika seseorang sakit, mengalami kekurangan gizi atau telah menjalani pembedahan, maka hormon tiroid T4 tidak dirubah menjadi T3. Akan tertimbun sejumlah besar hormon T3, yang merupakan hormon tiroid dalam bentuk tidak aktif.
Meskipun T4 tidak dirubah menjadi T3, tetapi kelenjar tiroid tetap berfungsi dan mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh secara normal.

DIAGNOSA

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar hormon T3 yang tinggi.

PENGOBATAN

Karena tidak timbul masalah, maka tidak diperlukan pengobatan.
Pemeriksaan laboratorium akan kembali normal jika penyakit penyebabnya berhasil diatasi.

Sindroma Empty Sella


Kelenjar hipofisa sebagian dikelilingi oleh struktur bertulang yang disebut sella tursika.
Jika kelenjar hipofisa tidak terlihat pada pemeriksaan CT scan atau MRI dari sella tursika, maka keadaan ini disebut Sindroma Empty Sella.

PENYEBAB

Sindroma empty sella primer terjadi jika suatu kelainan anatomis yang kecil diatas kelenjar hipofisa menyebabkan bertambahnya tekanan di dalam sella tursika sehingga kelenjar hipofisa merapat di sepanjang dinding sella.
Seringkali ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan radiologis otak.
Fungsi hipofisa biasanya normal dan tidak terdapat gejala. Pada 10-15% penderita, kadar hormon prolaktin sedikit meningkat dan ini bisa mempengaruhi fungsi indung telur dan buah zakar yang normal.

Jika penyebabnya adalah penyusutan kelenjar hipofisa akibat trauma (misalnya pembedahan, cedera kepala, terapi penyinaran), maka keadaan ini disebut sindroma empty sella sekunder.
Penderita menunjukkan tanda dan gejala akibat hilangnya sebagian atau seluruh fungsi kelenjar hipofisa.

Sindroma empty sella paling sering ditemukan pada wanita yang mengalami kelebihan berat badan atau menderita tekanan darah tinggi.
Sindroma ini juga seringkali dihubungkan dengan kelainan fungsi kelenjar hipofisa pada anak-anak (misalnya kekurangan hormon pertumbuhan).

GEJALA

Gejala sindroma empty sella primer:
- Seringkali tidak ditemukan gejala akibat hilangnya fungsi kelenjar
- Kadang gejala timbul akibat peningkatan kadar hormon prolaktin
- Menstruasi yang tidak teratur atau tidak terjadi menstruasi
- Libido (nafsu birahi) yang rendah
- Impotensia (disfungsi ereksi).

Gejala-gejala pada sindroma empty sella sekunder timbul akibat hilangnya fungsi kelenjar:
- letih, lesu
- tidak tahan terhadap cuaca dingin
- nafsu makan berkurang
- penurunan berat badan
- nyeri perut
- tekanan darah rendah
- sakit kepala
- gangguan penglihatan
- jika sindroma ini terjadi pada masa pertumbuhan, maka tinggi badan biasanya pendek ( <150 CM )
- rambut ketiak atau rambut kemaluan mengalami kerontokan
- wanita : terhentinya siklus menstruasi, kemandulan, kegagalan menyusui
- pria : hasrat seksual menurun, rambut wajah atau rambut tubuh mengalami kerontokan
- anak-anak : pertumbuhan badan dan perkembangan seksualnya lambat.

DIAGNOSA

Rontgen atau CT scan/MRI tulang tengkorak menunjukkan adanya pembesaran sella tursika dan tidak adanya gambaran kelenjar hipofisa.

PENGOBATAN

Pada sindroma empty sella primer, jika tidak timbul gejala, maka tidak perlu diberikan pengobatan khusus.
Jika kadar prolaktin tinggi dan mengganggu fungsi indung telur maupun buah zakar, maka diberikan obat-obatan yang menekan pembentukan prolaktin (misalnya bromokriptin).

Penderita sindroma empty sella sekunder biasanya harus menjalani terapi sulih hormon.