Showing posts with label Pendidikan Sex. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan Sex. Show all posts

Thursday, October 28, 2010

Menuntun Wanita Menuju Orgasme

Berbeda dari laki-laki, perempuan memerlukan banyak prasyarat dan syarat agar hubungan seksualnya membuahkan orgasme. Di sinilah pasangan laki-laki banyak mengambil peran. Apa saja yang harus dipahami dan dilakukan pasangan laki-laki sebelum, ketika sedang berlangsung, dan sesudah ritual suami-istri?

Menurut dr.Sylvia Detri Elvira, Sp.KJ, dari Departemen Psikiatri FKUI, Jakarta, terdapat beberapa faktor yang mendukung agar orgasme dapat dicapai oleh seorang perempuan, antara lain:

1. Pasangan yang benar-benar disukai, disayangi, dicintai.

2. Suasana romantis yang dialami sebelum dan selama hubungan seksual. Untuk mencapai suasana ini, beberapa jam atau bahkan beberapa hari sebelumnya pasangan dapat memberikan kata-kata yang lembut, menyanjung, dan mengarah ke suasana romantis.

3. Lingkungan yang nyaman. Misalnya, kamar tidur yang tenang dan nyaman. Lampu yang redup dan musik yang lembut dapat membantu terciptanya suasana nyaman dalam kamar tidur.

4. Merasa diinginkan dan dicintai. Perasaan ini sangat diperlukan seorang perempuan. Dari perilaku dan bahasa tubuh dapat diketahui apakah suami atau pasangannya benar-benar menginginkan atau menyenangkan hatinya.

5. Pasangan laki-laki mengerti cara merangsang daerah-daerah tertentu yang membuat pasangannya terangsang, misalnya klitoris atau payudara. Ini tergantung masing-masing individu. Untuk mengetahui hal itu, ia dapat menanyakan dan mendiskusikan kepada sang perempuan atau istri. Ia semestinya juga tidak melakukan perangsangan pada daerah-daerah yang tidak disukai pasangannya.

6. A good flow of natural lubrication. Seorang perempuan akan lebih nyaman bila dapat mengalami lubrikasi secara alamiah. Namun bila sudah tidak mampu, misalnya pada masa menopause, hal ini dapat diatasi dengan pemberian cairan lubrikan sintetis, seperti jelly dengan pelbagai merek yang ada.

Kalau semua upaya di atas telah dilakukan, percayalah seorang perempuan akan terbantu untuk mencapai orgasmenya.(Kompas,Jumat, 18 September 2009 )

Monday, October 25, 2010

1 dari 4 Wanita Belum Pernah Orgasme

Setiap orang pasti memiliki target tertentu yang ingin dicapai dalam hidupnya tapi kurang paham cara mencapainya. Demikian juga halnya dalam kehidupan seksual. Kebanyakan wanita menginginkan orgasme tetapi belum tahu kiat-kiat mencapainya.

Dalam publikasi terbaru yang dimuat di Journal of Sexual Medicine disebutkan satu dari empat wanita belum pernah merasakan orgasme ketika berhubungan seks. Salah satu penyebabnya adalah gangguan fungsi orgasme atau kegagalan merasakan sensasi kenikmatan seksual atau orgasme.

Menurut analisa 101 studi mengenai gangguan orgasme (disfungsi orgasme) merupakan keluhan kedua tertinggi yang disampaikan wanita setelah kurangnya gairah. Padahal, orgasme merupakan alasan utama dari 50 alasan mengapa kita melakukan hubungan seksual.



Ada beberapa alasan mengapa disfungsi orgasme dialami oleh banyak wanita, termasuk yang sudah lama menikah. Menurut penjelasan seksolog dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And, wanita tidak selalu menerima rangsangan seksual yang efektif ketika berhubungan seks. Ini disebabkan bagian peka rangsangan pada kelamin wanita, yaitu klitoris berukuran kecil.

G-spot wanita yang merupakan bagian peka rangsangan lain juga tersembunyi letaknya. Ditambah lagi, posisi hubungan seksual yang tidak pas membuat wanita kurang mendapatkan rangsangan.

Hal lain yang mengakibatkan disfungsi orgasme wanita adalah beban psikis harus memuaskan pasangan. Ketakutan hamil juga bisa menjadi beban psikis. Penyebab lain adalah kurangnya pengertian pria pasangannya tentang seksualitas wanita dan adanya hambatan komunikasi.

Disfungsi orgasme harus segera diatasi karena bisa menyebabkan perasaan wanita jadi tidak nyaman, tidak puas, bahkan mudah marah. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan hilangnya dorongan seksual.

Menurut dr.Wimpie, untuk mengatasinya, perlu diketahui dulu penyebab disfungsi orgasme. "Bila akibat penyakit, maka penyakitnya harus disembuhkan dulu. Kalau karena obat tertentu, maka pemakian obatnya dihentikan sementara," katanya.

Beberapa gangguan kesehatan yang bisa menyebabkan disfungsi orgasme adalah gangguan ginjal, aterosklerosis, mengendurnya otot panggul setelah melahirkan, serta perubahan hormon.

Menurut para pakar, pada umumnya disfungsi orgasme disebabkan karena masalah psikis. Misalnya saja adanya trauma kekerasan seksual, rasa kurang percaya diri dengan bentuk tubuhnya, serta kurangnya komunikasi dengan pasangan. Untuk mengatasinya terapi yang paling tepat adalah konseling atau psikoterapi.

Friday, January 22, 2010

Beda Perilaku Seks ...Usia, 20, 30, dan 40 an...

Perilaku seksual tentunya bervariasi pada setiap tahap kehidupan kita. Seksolog Tracey Cox dalam buku bestseller 'Sextasy' mengungkapkan karakter dan perilaku seksual pria dan wanita berdasarkan rentang usia.

Usia 20-an
Kebanyakan mereka pada usia ini tak bisa berhenti membayangkan seks setiap dua jam. Pada usia ini, perempuan biasanya ingin lebih bebas berimajinasi dalam hal seksa. Mereka juga ingin berbagi fantasi seks dan bahkan ingin mencoba biseksualitas. Sebuah studi pada tahun 2006 melibatkan sekitar 2.000 orang menemukan, 76 persen wanita yang tidur dengan sejenisnya mencapai orgasme (sedangkan untuk wanita dengan pria, tercatat 50 persen).


Usia 30-an

Usia 30an adalah saat untuk bereksperimen. Hampir semua orang usia 30-an mengaku pernah melakukan seks di tempat terbuka. Tak seperti anak remaja yang melakukan seks outdoor sebagai bentuk paling umum dari eksperimennya, kebanyakan pasangan 30-an lebih menyukai aktivitas seks di tempat semi-publik seperti pantai, kebun atau di bangku taman di dalam kegelapan. Seperti ada yang lebih erotis dari ekspansi seks ini!

Selain itu, hal yang paling populer pada kelompok 30an adalah seks di kamar mandi atau bath-tub. Melakukan "kinky" seks juga menempati rating yang tinggi. Mereka mengklaim menikmati seks melalui berbagai fantasi mulai dari dominatrix, bondage, sampai flogging.

Dalam analisa Cox, usia 30-an adalah saat di mana para wanita menjadi seperti teman pasangan gay pria. Wanita tulen mencintai pria gay; sedangkan pria gay mencintai wanita tulen. Sebuah riset di Swedia memberi penjalasan mengapa keduanya bisa saling tertarik. Mereka rupanya sama-sama mempunyai otak simetris. Sedangkan pria tulen dan lesbian mempunyai hemisphere otak yang asimetris.

Usia 30an juga ditandai dengan kehadiran anak dalam rumah tangga, sehingga gairah seks secara alami akan menurun. Tetapi Cox menekankan, selama kehamilan pasangan dapat berhubungan seks 4 hingga 5 kali dalam sebulan.

Kebanyakan pasangan mengerem aktivitas seks selama tujuh minggu setelah proses persalinan. Tetapi empat bulan kemudian mereka kembali melakukan seks empat atau 5 kali dalam sebulan. Cox menyatakan, enam bulan setelah persalinan, rata-rata pasangan kembali melakukan seks tiga hingga 5 kali dalam satu bulan.

Bila Anda tak mampu memenuhi gairah seks seperti biasanya, Anda tak perlu berkecil hati. Ingat, ini hanyalah sementara, jadi tetaplah menyentuh dan memeluk pasangan. Jika bayi Anda menyita waktu untuk berhubungan seks, cobalah untuk melakukan seks instan.

Kebanyakan wanita pada usia 30-an, kata Cox, mengalami rata-rata orgasme lebih tinggi. Sekitar 90 persen wanita di atas 30-an secara teratur mengalami orgasme, sedangkan wanita yang lebih muda hanya 23 persen saja.

Usia 40-an
Pria di usia 40an lebih mungkin mengalami problem ereksi. Ini juga usia ketika para pria cenderung tidak setia pada pasangannya. Pria juga lebih sering terjebak pornografi atau menikmati chating berbau seks. Sementara para wanita secara seksual juga sangat menuntut, sehingga seringkali tertarik kepada pria lebih muda.

Jika Anda berpikir usia 40an adalah masa turunnya libido, cobalah untuk berpikir lagi. Walaupun aktivitas seks sudah agak menurun dari sebelumnya, sudah saatnya Anda mengubah strategi. Tak perlu lagi kaku dengan frekuensi seks dalam seminggu, tetapi penekanan pada kualitas seks yang lebih baik.(sumber : Kompas, Kamis, 14 Januari 2010)

Tuesday, September 16, 2008

Hitam Lebih Hot?

Benarkah pria berkulit hitam lebih hot? Selama ini mitos tersebut masih kerap terdengar di masyarakat dan dihubungkan dengan kemampuan seks pria. Gambaran pria perkasa berkulit gelap ini kerap dihubungkan dengan pria-pria dari ras tertentu. Seperti pria dari Timur Tengah, Negro, atau Amerika Latin. Mereka konon memiliki kemampuan seksual lebih dari rata-rata. Baik dalam hal frekuensi hubungan seks, daya tahan maupun ukuran organ intim. Sesungguhnya sejauh mana kebenaran mengenai mitos pria berkulit gelap ini?
Fisik Lebih Unggul

Tak bisa dipungkiri mitos yang beredar di masyarakat selama ini tentang pria-pria Timur Tengah adalah mengenai kemampuan seks mereka yang konon berlebih. Mitos ini diperkuat dengan kisah-kisah para sultan di Timur Tengah yang memiliki banyak harem. Anekdot atau humor tentang seks pun selalu dikaitkan dengan 'keistimewaan' ukuran organ intim pria Arab.
Menanggapi mitos ini, Dr. Moeslan Saradhawarni, Sp OG MARS mengatakan, tidak benar bahwa pria Arab itu hiperseks. Karena belum ada penelitian tentang ini. Kalau soal ukuran mungkin benar, karena secara fisik orang-orang Arab atau Timur Tengah itu punya kelebihan dan biasanya tubuh mereka tinggi besar. Jadi tak heran kalau organ intim pria Arab atau Timur Tengah itu ukurannya lebih besar dan panjang dari ukuran normal.

Nah, karena 'besar' dianggap pula memiliki nafsu besar serta potensi seks yang juga besar. Pokoknya hiper dalam soal seks. "Padahal belum tentu, kan? Kalau soal ukuran, mungkin ya. Karena itu tadi, secara fisik orang-orang Timur Tengah punya kelebihan," tutur Dr Moeslan.
Selain itu besarnya alat vital pria tak menjamin bisa memberi kepuasan pada wanita, malah justru bisa menjadi malapetaka. Kepuasan hubungan seks tergantung pada proses sebelum melakukan hubungan seks, dan teknik saat melakukannya.

Superioritas Prilaku Seksual Kulit Hitam

Hampir sama dengan stereotip pria Arab adalah pria-pria kulit hitam Amerika atau Negro. Mitos superioritas prilaku seksual pria Negro ini diperkuat dengan banyaknya film biru yang dibintangi oleh aktor-aktor Negro.

Juga fakta kehebatan ras ini di dunia olahraga khususnya basket, tinju dan atletik. Siapa yang tidak kenal dengan nama Michael Jordan, Mike Tyson, Ben Johnson, Maurice Greene atau Leroy Burrell? Mereka adalah para olahragawan dan atlet kelas dunia. Kehebatan mereka di lapangan olahraga, bagai memberi gambaran pula bagaimana primanya stamina pria kulit hitam ini di atas ranjang.

Tapi bukan cuma di kalangan olahragawan, aktor dan penyanyi pria kulit hitam pun kerap dipuja banyak wanita sebagai pria seksi. Aktor Denzel Washington, misalnya, dijuluki sebagai 'Pria Paling Seksi Sepanjang Masa' oleh majalah People.

Sebenarnya sejauh mana superioritas prilaku seksual pria-pria kulit hitam atau Latin itu? Menanggapi hal ini, Dr Naek L Tobing, seorang seksolog mengatakan, meski belum ada penelitian tentang masalah ini, ia menduga bisa jadi pria Negro memang unggul dalam urusan yang satu itu.

Tapi itu berlaku untuk Negro Amerika, bukan Negro secara umum. Kesimpulan itu ia ambil berdasarkan pada pengalaman sejarah bagaimana kaum kulit hitam itu bisa sampai ke Amerika. Mereka adalah Negro-negro yang telah terseleksi dan teruji kekuatannya. Ini terkait dengan sejarah sistem perbudakan di Amerika.

Para tuan-tuan tanah jelas mencari pria-pria Negro yang tangguh. Dan kerasnya sistem kerja para budak dengan sendirinya membuat seleksi alamiah. Siapa yang kuat, dia yang bisa bertahan hidup. Wajar jika kini mereka merajai dunia olah raga yang mengandalkan fisik. Dan antara kekuatan fisik dengan kemampuan seks ada hubungan erat.

Selain dipengaruhi bakat, menurut Naek, kemampuan seks juga bisa terbentuk dari sikap seseorang. Pikiran tenang, dan perasaan mencintai seks akan membuat seorang pria bisa memaksimalkan kemampuannya. Kalau seseorang mencintai seks tentunya ia akan mencurahkan usaha untuk seksnya.

"Cintai seks, maka bisa perkasa!" tegas Naek. Itu pula yang dilakukan pria-pria Negro Amerika. Mereka memulai aktivitas seksual lebih dini dari pemuda pemuda kulit putih, sehingga kecintaan mereka kepada seks tertanam lebih awal dari ras lainnya. (srtk/rit) /kapanlagi

Kecil Tapi Hebat

Sosok Kerempeng, berotot, panjang, ataupun kecil, bukan merupakan tolok ukur dari kejantanan dan keperkasaan. Mungkin, Anda pernah membayangkan bahwa pria yang berotot, tinggi, besar dan kekar, pasti perkasa dalam urusan hubungan intim. Sedangkan yang pendek, gemuk atau kerempeng pasti loyo. Benarkah bayangan Anda itu?

Dr. Bambang Sukamto, DMSH, Program Officer di On Clinic Indonesia, menguakkan tabir tentang keperkasaan pria ini.

Mampu Memuaskan

Secara umum yang dimaksud dengan keperkasaan adalah mental maupun fisik kuat dan tahan uji. Namun, jika dilihat secara khusus, biasanya keperkasaan dikaitkan dengan kejantanan. Artinya, kemampuan seseorang untuk melaksanakan fungsi seksualnya. Dalam arti lain, mampu melakukan hubungan intim dengan pasangannya dan bisa melakukan dengan baik serta memuaskan.

Faktor memuaskan itu bukan hanya untuk diri pria yang bersangkutan tapi juga untuk pasangannya. Seorang pria mengalami gangguan fungsi seksual, yang lebih populer dikenal impotensi atau ejakulasi dini, bisa dikatakan kurang jantan, kurang perkasa atau tidak perkasa sama sekali. Dan, perlu diketahui, bahwa sekitar 10% pria pernah mengalami gangguan fungsi seksual.

Dalam masalah postur tubuh pria, memang ada anggapan yang berkembang di kalangan masyarakat, khususnya kaum wanita, bahwa pria yang bertubuh atletis, tinggi, kekar dan berotot lebih jantan dalam urusan ranjang. Sebenarnya, hal itu tidak selalu identik, karena ada sebagian pria dengan penampilan yang seperti itu tapi saat melakukan aktivitas seksual kurang jantan. Mereka mengalami ejakulasi dini bahkan sampai pada ereksi penis yang kurang sempurna.

Begitu pula sebaliknya dengan pria yang berbadan kerempeng, gendut ataupun pendek dipandang tidak oke atau loyo dalam melakukan hubungan intim, belumlah tentu benar. Jadi, kondisi fisik pria yang digambarkan di atas tidak ada kaitannya dengan masalah keperkasaan dalam melakukan hubungan seksual.

Besar Bukan Jaminan

Ukuran alat vital dari pria pun tidak bisa dijadikan patokan dari keperkasaan. Besar atau kecil, panjang atau pendek bukanlah masalah. Itu semua hanyalah mitos seputar "senjata" pria dan tidak bisa dijadikan pegangan. Misalkan, ada pendapat bahwa salah satu etnis tertentu memiliki alat vital yang besar dan panjang. Karena ukuran yang seperti itu timbul anggapan lebih perkasa dan kuat.

Meskipun kecil dan mampu mempertahankan waktu ereksi dengan sempurna tentu dapat memuaskan pasangannya. Besar dan tidak mampu berereksi dengan sempurna alias impoten tentu tidak perkasa, dan pasti tidak mampu memberikan kepuasan terhadap pasangannya.
Anggapan yang sering keliru juga terjadi bahwa pria yang gemuk mempunyai alat vital kecil, sedangkan yang kurus pasti besar. Secara relatif kelihatan lebih pendek karena badan yang gemuk. Padahal jika diukur alat vital antara yang gemuk dan kurus akan sama dan normal. Ukuran yang dianggap ideal atau normal dari alat vital dalam keadaan tidak ereksi sekitar 5 cm, sedangkan pada saat ereksi bisa mencapai 15 - 17 cm.

Perkembangan alat vital pria berlangsung sampai usia akil balig, sekitar usia 17 tahun. Jadi, jika ada obat-obatan ataupun alat yang mampu menambah ukuran alat vital, tidaklah benar. Dan, satu hal yang perlu Anda ketahui adalah besar-kecilnya ukuran alat vital pria tidak bisa dijadikan patokan dalam kepuasan saat berhubungan. Kepuasan itu ditentukan oleh mampu atau tidaknya alat vital berereksi dengan sempurna. Itulah yang jadi patokannya.

Hilangnya Keperkasaan

Penyebab gangguan keperkasaan pada hubungan seksual secara umum bisa terjadi karena dua hal yakni psikis dan fisik. Gangguan secara psikis atau kejiwaan bisa tercetus akibat stres. Penampilan Anda sehari-hari bisa juga jadi pencetus hilangnya keperkasaan pria. Baik dari cara berpakaian yang kurang berkenan di matanya sampai kepada bau badan yang kurang enak. Cara bicara Anda yang ketus, menyinggung perasaan, dan menyudutkan pun bisa menghilangkan keperkasaan seksual pria.

Sedangkan secara fisik, keperkasaan bisa hilang karena penyakit yang diderita oleh pria. Misalkan, diabetes, kolesterol, hipertensi, sampai penyakit kelamin. Pola hidup yang buruk pun bisa menyebabkan turunnya keperkasaan pria. Sebagai contoh, kebiasaan meneguk minuman beralkohol, merokok sampai pada penggunaan narkotika. Jadi, ini menunjukkan, hilang atau ber-kurangnya keperkasaan dari pria itu bukanlah diukur dari struktur tubuh.

Olahraga dan Hidup Sehat

Untuk mempertahankan keperkasaan, pria mesti melakukan olahraga secara teratur dan benar sesuai kemampuan. Tidak usah ngoyo, tapi konsisten. Jenis olahraganya bebas, tergantung mana yang dianggap cocok, tidak perlu mahal atau bergengsi. Dengan berolahraga, kondisi tubuh pria akan tetap terjaga. Kondisi tubuh yang segar dan bugar bisa menambah keperkasaan.
Makanan yang kaya akan gizi dapat pula menjaga keperkasaan pria. Begitu juga obat-obatan dan vitamin. Tapi, untuk hal ini perlu dikonsultasikan dulu dengan dokter ahli. Maksudnya, agar tidak terjadi kesalahan dalam mengkonsumsi obat-obatan. Karena, bisa jadi inginnya tambah perkasa tapi bisa jadi malahan loyo. (klinik pria)