Saturday, November 13, 2010

Kencan di Tengah Deadline


Anda punya segalanya. Pekerjaan menyenangkan, promosi tak pernah luput dari genggaman, dan perusahaan juga bermurah hati karena memberi gaji tinggi. Namun, ada satu yang mengganjal. Anda kerap kesulitan membangun hubungan serius dengan lawan jenis. Bukan karena kurang cantik dan memikat, namin kesibukan dan tuntutan pekerjaan yang tinggilah penyebabnya.

Ini tidak hanya terjadi pada Anda. Di banyak tempat, seperti Amerika Serikat saja, sekitar 44 persen pekerjanya berstatus lajang. Dari survei itu juga terungkap penyebab utamanya adalah pekerjaan. Waktu untuk diri sendiri yang semakin minim, dan waktu untuk bersosialisasi yang terbatas, dianggap sebagai penyebab utama para perempuan "perkasa" ini "melalaikan" acara kencan. Inilah beberapa alasan yang mengemuka.

"Kencan, mana sempat? Pekerjaan masih banyak, tidak bisa ditinggal, lain kali saja."
Pekerjaan memang sering dijadikan alasan mengapa Anda hingga kini belum menemukan pria yang tepat. Padahal kalau boleh jujur, sebenarnya bukan pekerjaannya yang salah. Dia tidak meminta Anda untuk mengerjakannya. Namun Anda sendirilah yang menempatkan karier di peringkat nomor satu. Di atas segalanya. Oke, Anda merasa tidak menempatkan karier di peringkat teratas dalam hidup, kalau begitu, jangan-jangan alasannya karena Anda merasa lebih mudah mendapatkan karier impian daripada menemukan Mr. Right.

Solusi: Jika mengejar karier membuat Anda bersemangat, coba buatlah pencarian cinta Anda seperti itu. Jangan mencari pasangan Anda anggap sebagai sebuah beban, melainkan kesenangan. Rajin-rajinlah datang ke acara-acara formal dan informal, terutama yang membuka kesempatan besar untuk bertemu dengan orang baru. Buatlah komitmen kehidupan sosial seperti Anda berkomitmen pada pekerjaan. Buatlah target, misalnya, sebanyak apa pun pekerjaan, Anda mesti menyediakan waktu beberapa jam dalam seminggu untuk keluar dan berkencan.

"Si bos tahu saya lajang, dia sepertinya sengaja memberi pekerjaan yang membuat saya terus melajang."
Banyak sisi menyenangkan dari status lajang. Dalam karier misalnya. Kesempatan sayap terbuka seluas-luasnya. Setiap ada kesempatan untuk mengembangkan karier, Andalah yang mendapat prioritas. Sering diminta lembur, melakukan perjalanan bisnis ke luar kota, juga diberi tugas-tugas mendadak. Alasannya apalagi kalau bukan karena Anda dianggap tidak punya komitmen pada keluarga, sehingga bebas dikaryakan sedemikian rupa.

Solusi: Cobalah hargai komitmen percintaan Anda. Tak semua permintaan atasan bisa Anda turuti. Tak ada salahnya, kok, jika sesekali Anda memberi alasan kencan atau menemani kekasih main futsal, untuk menolak lembur. Dengan begitu, mereka mengerti bahwa Anda pun kehidupan lain di luar pekerjaan.

"Stok pria makin sedikit, pria yang saya sukasi sudah menikah atau punya pacar, ada yang lajang, tapi enggak jelas 'kepribadiannya'"
Pra-pria yang Anda incar mungkin teman kerja, klien, atau relasi. Anda tidak salah, kantor adalah tempat yang tepat untuk mencari jodoh. Statistik menunjukkan bahwa hampir separuh pekerja menikah dengan orang yang dikenalnya di dunia kerja. Itu artinya, jika rekan-rekan sekantor Anda hampir semuanya sudah menikah, semakin kecil kemungkinannya untuk menemukan pasangan hidup di lingkungan kerja.

Solusi: Kalau di kantor sudah tidak ada lagi yang single available, carilah di kantor sebelah. Ketika pintu di kantor telah tertutup, banyak kok, jendela-jendela di kantor lain yang terbuka. Ikut saja organisasi atau komunitas hobi. Atau rajin-rajinlah mencari teman lama di situs pertemanan. Siapa tahu seseorang di masa lalu ada yang menarik hati. Restoran atau kafe favorit juga bisa Anda jadikan tempat untuk menemukan pasangan. Cara lainnya, ikut kursus atau sekolah lagi. Di lingkungan pendidikan seperti ini besar kemungkinan Anda akan menemukan para pria lajang.

"Saya selalu dinilai tinggi oleh para lawan jenis, jadi tidak ada pria yang punya nyali untuk berkencan dengan saya."
Bukan salah Anda, jika saat ini Anda memegang posisi penting di kantor. Tapi, bukan salah pria juga jika sering gentar mengajak kencan. Anda perlu pahami bahwa ada ego-ego pria yang kadang tidak bisa diterima otak kita. Mungkin ketakutan terbesar mereka adalah Anda akan mendominasi hubungan.

Solusi: Lepaskan label Anda di luar kantor. Bila sedang berkencan, hindari topik yang mengarah pada pekerjaan. Apalagi memamerkan keberhasilan Anda mendapat promosi. Bicarakan hal-hal ringan, seperti hobi. Membicarakan seputar pekerjaan bisa dilakukan jika hubungan sudah terjalin lama. Kuncinya hanya satu, dengarkan ia bicara. Mudah, kan?

(Majalah Chic, Kompas,Rabu, 5/5/2010)

No comments:

Post a Comment