Wednesday, November 11, 2009

Misteri Keguguran Berulang

Maya (32), salah seorang karyawati di Jakarta Pusat, berbahagia ketika mengetahui dirinya tengah mengandung. Setelah menikah lima tahun kehadiran seorang bayi sudah dinanti-nantikan. Namun, baru tiga bulan usia kandungan, kebahagiaannya pudar. Pada suatu hari muncul flek.

"Tidak terasa sakit apa pun. Kata orang, sih, kecapekan saja. Tetapi, saya pergi juga ke dokter kandungan. Saya hanya diminta beristirahat dan diberi obat penguat kandungan,” ujarnya.

Kondisi Maya tak kunjung membaik. Seminggu kemudian perempuan itu malah mengalami pendarahan. Akhirnya, dokter mengatakan, janin sudah tidak ada dan rahimnya dikuret.


Lebih dari enam bulan setelah pengalaman itu, Maya kembali hamil. Kali ini tidak sampai tiga bulan kandungannya mengalami nasib sama. Maya dan suaminya kemudian memutuskan berkonsultasi ke klinik fertilitas. ”Saya ditanyai dengan detail riwayat kedua kandungan dan menjalani berbagai pemeriksaan, mulai dari tes darah umum hingga imunitas,” ujarnya.


Dari rangkaian pemeriksaan diketahui, darah Maya cenderung mudah mengental sehingga mengganggu kehamilannya.

Maya kemudian kembali mengandung dan kali ini dikawal dengan ketat dengan berbagai tes darah dan terapi. Setiap hari sang suami menyuntikkan obat ke perutnya.

Semakin dekat waktu persalinan hatinya harap-harap cemas. Betapa leganya hati Maya ketika sang bayi lahir dengan selamat. ”Itu benar-benar pengalaman yang sangat melelahkan secara fisik dan mental. Setiap kali menidurkan anak, saya suka bergumam, ’Aduh, susah sekali mendapatkan kamu, Nak’,” ujar Maya berbagi.

Keguguran juga dialami oleh Nia, teman sekantor Maya. Nia mengatakan tidak pernah tahu penyebab pasti keguguran yang dialaminya. ”Baru sekali saya mengalaminya. Dokter bilang, saya terlalu capek saja dan tidak ada penjelasan pastinya,” kata Nia, yang belum berniat mengandung lagi.

Investigasi keguguran

Gugurnya kandungan sering kali terkesan misterius, tidak terjelaskan. Bahkan, kerap dianggap hanya kebetulan. Padahal tidak selalu demikian. Menurut dr Kanadi Sumapraja, SpOG, MSc dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI RSCM, angka kejadian keguguran spontan di populasi berkisar 15-20 persen untuk seluruh kehamilan.

Keguguran berulang dapat menimbulkan tekanan mental dan trauma bagi pasangan yang mendambakan anak. Bagi perempuan, keguguran berulang memicu timbulnya rasa bersalah lantaran menganggap dirinya tidak mampu mempertahankan kehamilannya.

Kanadi mengatakan, seorang perempuan dapat disebut mengalami keguguran berulang jika mengalami keguguran sebanyak tiga kali atau lebih secara berturut-turut pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu.

Namun, bagi Kanadi, investigasi penyebab keguguran sebetulnya dapat saja dilakukan setelah perempuan itu mengalami satu kali keguguran. Apalagi kalau pasangan itu mendambakan segera hadirnya keturunan.

”Kesannya baru setelah tiga kali mengalami baru boleh diinvestigasi. Padahal bisa sewaktu-waktu timbul masalah karena yang dipersalahkan kemudian perempuan,” ujarnya.

Jika dilihat dari usia kehamilan saat kejadian keguguran, keguguran dapat digolongkan menjadi keguguran preembrionik (terjadi di bawah usia kehamilan 6 minggu), keguguran embrionik (usia kehamilan 6-8 minggu), keguguran janin (usia kehamilan 8-12 minggu), keguguran janin lanjut (usia kehamilan 12-24 minggu).

Keguguran preembrionik dan embrionik banyak dihubungkan dengan kejadian kelainan kromosom, kelainan hormonal, gangguan endometrium, dan faktor imunologi. Adapun keguguran janin awal dan lanjut banyak dikaitkan dengan kelainan sindrom antifosfolipid dan trombofilia.

”Oleh karena itu, sangat penting mengetahui usia kehamilan saat keguguran terjadi, hasil USG sebelumnya, hingga struktur janin, misalnya, sudah kelihatan detak jantungnya atau belum,” ujarnya. Berbekal pengetahuan awal tersebut dapat diketahui kategori keguguran dan bisa membantu arah investigasi atau pemeriksaan dokter.

Pengentalan darah

Terdapat berbagai kemungkinan penyebab keguguran. Bahkan, terdapat keguguran yang tidak dapat dijelaskan. Untuk mengetahui secara pasti diperlukan pemeriksaan intensif.

Sejauh ini dr Karnadi mengatakan, hasil studi sejumlah peneliti memperlihatkan bahwa kelainan genetik, anatomi pada rahim, sindrom antifosfolipid, serta trombofilia memiliki hubungan yang kuat dengan keguguran.

Diperkirakan 7 persen-25 persen penderita keguguran berulang memiliki asosiasi dengan sindrom antifosfolipid. Antibodi antifosfolipid mempercepat pembekuan darah dan memicu bekuan darah.

Keguguran karena sindrom fosfolipid diakibatkan oleh adanya trombosis atau pembentukan bekuan darah yang akan menyumbat aliran darah plasenta. Akibatnya, bayi tidak mendapatkan nutrisi dari darah, kurang bertumbuh atau kecil, dan kemudian meninggal.

Pada kasus keguguran berulang yang demikian penggunaan heparin, senyawa untuk mencegah terjadinya bekuan darah, telah lama dikenal.

Efek terapeutik heparin pada kasus keguguran berulang yang diakibatkan sindrom antifosfolipid tidak hanya disebabkan efek antikoagulan atau pengenceran darah. Namun, juga karena adanya efek lain. Ternyata, heparin juga memiliki efek menghambat pengikatan antibodi fosfolipid, memicu terjadinya efek antiradang, dan memfasilitasi proses implantasi plasenta.

”Pengalaman traumatik keguguran tak perlu terulang,” ujar Kanadi. Jika diinvestigasi dan diketahui penyebabnya lalu diberikan terapi yang tepat, perempuan yang kerap mengalami keguguran dapat melahirkan bayi dengan selamat dan sehat. (sumber artikel : Kompas, Kamis, 12 November 2009 , sumber gambar : thepregnacyzone)

Baca Artikel Terkait Disini (Kekentalan Darah)

Wednesday, November 4, 2009

Fibromyalgia, Penderita di Indonesia Tertinggi, Bagaimana Mengatasinya?

Sejumlah ahli saraf di Asia Tenggara selama lima tahun terakhir ini menaruh perhatian serius terhadap gejala fibromyalgia atau gejala nyeri kronis yang menyebar di seluruh bagian tubuh. Hal itu karena dampak munculnya rasa nyeri kronis ini dapat mengganggu kualitas hidup manusia hingga produktivitasnya menurun.

Dalam konferensi South East Asia Fibromyalgia Awarness Concerns and Trends Survey (SE Asia Facts) pertama kali di Asia Tenggara yang diselenggarakan di Thailand, Selasa (27/10), terungkap pula bahwa fibromyalgia merupakan suatu gejala penyakit tersendiri yang berbeda dengan gejala nyeri lainnya yang muncul pada penderita rematik maupun psikosomatik.


Rasa nyeri yang timbul pada penderita fibromyalgia umumnya di luar rasa nyeri pada umumnya. Bahkan, seorang penderita bisa mengeluh kesakitan meski hanya disentuh tubuhnya. Rasa nyeri itu menjalar di beberapa bagian tubuh, seperti pundak, dada, dan kaki, dan terjadi terus-menerus.


Rasa nyeri itu juga diikuti rasa lelah sehingga si penderita merasa tak bergairah. Umumnya, mereka juga sulit tidur pada malam hari dan mengalami kelelahan pada pagi hari. Gejala itu menyebabkan sebagian besar penderita fibromyalgia menurun kualitas hidupnya.

Tak banyak dipahami

Dalam konferensi yang disponsori produsen obat Pfizer itu, President Thailand Association for the Study of Pain Profesor Pradit Prateepavanich menunjukkan hasil surveinya bahwa gejala fibromyalgia ini juga baru dipahami oleh sebagian kecil kalangan kedokteran, baik dokter umum maupun ahli saraf. Itulah yang menyebabkan gejala rasa nyeri yang dideklarasikan oleh kalangan kedokteran di Amerika sekitar tahun 1980-an itu jarang terdiagnosa dengan baik.

Seorang pasien fibromyalgia, katanya, biasanya baru dapat memperoleh diagnosa yang tepat setelah berpindah-pindah memeriksakan kesehatannya ke beberapa dokter hingga menemukan dokter yang paham betul gejala rasa sakit tersebut.

”Seorang penderita bisa mengalami gejala rasa nyeri ini sampai bertahun-tahun hingga dia menemukan dokter yang dapat memberikan terapi yang tepat,” katanya.

Seorang pasien fibromyalgia asal Thailand, Angela Chiarapurk (33), mengaku, dia menderita rasa nyeri kronis meluas sejak usia 24 tahun. Setelah berobat ke sembilan dokter dan sejumlah terapis selama delapan tahun, dia didiagnosa fibromyalgia setelah menemui Pradit.

Selama itu, dia mengaku setiap hari menderita rasa nyeri pada kepala, leher, hingga kaki secara terus-menerus. Untuk mengurangi rasa sakitnya itu, dia harus menambal kursi kerjanya dengan bantal.

Diderita perempuan

Hasil survei SE Asia Facts yang dijalankan Pradit dengan melibatkan 506 penderita fibromyalgia di lima negara Asia Tenggara menunjukkan, gejala rasa nyeri itu sebagian besar dialami perempuan dengan perbandingan sembilan perempuan berbanding satu orang laki-laki.

Responden dari Indonesia dalam survei itu merupakan yang terbanyak mengaku mengalami rasa nyeri kronis meluas sebagai karakteristik menonjol pada fibromyalgia.

Kendati demikian, Pradit mengaku belum dapat mengetahui apa penyebab hingga fibromyalgia banyak diderita perempuan. Begitu pula dengan kecenderungan banyaknya penderita fibromyalgia di Indonesia.

Bahkan, untuk mendiagnosa fibromyalgia, menurut Pradit, dibutuhkan empati maupun kesabaran seorang dokter untuk mengurai sejarah kesehatan si pasien. Hanya dengan cara itu fibromyalgia dapat didiagnosa. ”Diagnosa yang mendalam ini sangat dibutuhkan karena faktor penyebab fibromyalgia sangat kompleks, baik dipengaruhi oleh biologis, mental, dan sosial kultural pasien,” kata Pradit.

Untuk mengurangi rasa nyeri kronis itu, menurut Kepala Makati Pain Control Clinic, Philippines Henry Lu, seorang penderita fibromyalgia dapat menjalankan olahraga maupun yoga secara teratur. Dengan berolahraga, otot yang bergerak dapat menstimulus otak untuk membangun keseimbangan tubuh.

Namun, itu pun, lanjutnya, baru sebatas bukti klinis. Pihaknya mengaku masih belum dapat mengetahui faktor apa yang menyebabkan olahraga dapat mengurangi rasa nyeri pada penderita fibromyalgia. Fibromyalgia memang masih mengandung misteri....sumber : (MADINA NUSRAT), Kompas, Selasa, 3 November 2009 |

Produk Untuk Membantu Mengatasi Fibromyalgia, KLIK DISINI