Monday, June 23, 2008

Tumor Wilms


Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah kanker ginjal yang ditemukan pada anak-anak. Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa.
.

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor Wilms berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti:
- Kelainan saluran kemih
- Aniridia (tidak memiliki iris)
- Hemihipertrofi (pembesaran separuh bagian tubuh).
Tumor bisa tumbuh cukup besar, tetapi biasanya tetap berada dalam kapsulnya.
Tumor bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. Tumor Wilms ditemukan pada 1 diantara 200.000-250.000 anak-anak.


Gejalanya adalah:
- Perut membesar (misalnya memerlukan diaper/popok yang berukuran lebih besar)
- Nyeri perut
- Demam
- Malaise (merasa tidak enak badan)
- Nafsu makan berkurang
- Mual dan muntah
- Sembelit
- Pertumbuhan berlebih pada salah satu sisi tubuh (hemihipertrofi).
.
Pada 15-20% kasus, terjadi hematuria (darah terdapat di dalam air kemih).
Tumor Wilms bisa menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tumor Wilms bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya, terutama paru-paru, dan menyebabkan batuk serta sesak nafas.

Pada pemeriksaan fisik, bisa dirasakan adanya benjolan di perut. Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
  • CT scan atau MRI perut
  • USG perut
  • Rontgen perut
  • Rontgen dada (untuk melihat adanya penyebaran tumor ke dada)
  • Pemeriksaan darah lengkap (mungkin akan menunjukkan anemia)
  • BUN
  • Kreatinin
  • Urinalisis (analisa air kemih, bisa menunjukkan adanya dadrah atau protein dalam air kemih)
  • Pielogram intravena.

Jika tumor dapat diangkat, maka segera dilakukan pembedahan. Selama pembedahan, ginjal yang lainnya diperiksa untuk menentukan apakah juga terserang tumor. Pada sekitar 4% kasus, nefroblastoma terjadi pada kedua ginjal. Selama pembedahan juga dilakukan pemeriksaan terhadap kelenjar getah bening, organ perut dan jaringan lainnya; jika kanker telah menyebar, dilakukan pengangkatan organ-organ tersebut. Terapi penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat anti-kanker, seperti actinomycin D, vincristine atau doxorubicin) segera dimulai setelah pembedahan, tergantung kepada luasnya penyebaran kanker.
.
PROGNOSIS
.
Jika kanker belum menyebar dan dilakukan pembedahan serta kemoterapi atau terapi penyinaran, angka kesembuhan mencapai 90%.
.
sumber : medicastore

Sunday, June 22, 2008

Petanda tumor

Petanda tumor ialah protein, substansi biokimia atau antigen yang dapat mengindikasikan keberadaan kanker apabila dijumpai dalam jumlah yang meningkat pada darah, urin atau jaringan seseorang.

Terdapat berbagai jenis petanda tumor yang bermanfaat untuk screening, penunjang diagnosis, pengelolaan atau pemantauan terapi maupun pemantauan kekambuhan pasca terapi kanker.
Suatu petanda tumor dapat diproduksi oleh beberapa organ berbeda, selain itu terdapat beberapa keadaan non kanker yang dapat meningkatkan kadar petanda tumor tertentu, sehingga hasil pemeriksaan petanda tumor harus diinterpretasikan dengan cermat dan memerlukan konsultasi pada dokter ahli.

Uraian di bawah ini mengulas tentang berbagai jenis petanda tumor, manfaat petanda tumor dan berbagai keadaan yangdapat meningkatkan kadar petanda tumor tersebut.

PSA (Prostate Specific Antigen)

Merupakan satu-satunya petanda tumor untuk mendeteksi kanker prostat dini dan berbagai penyakit pada prostat. PSA telah meningkat signifikan pada stadium awal kanker prostat. PSA juga dapat meningkat pada pria usia lanjut dengan pembesaran prostat jinak dan prostatitis (radang prostat). Apabila kanker prostat telah terdiagnosis, PSA bermanfaat untuk penentuan stadium kanker, efektifitas terapi dan monitor kekambuhan kanker tersebut.

AFP (Alpha Fetoprotein)

Secara normal terdeteksi pada masa pertumbuhan janin, akan tetapi apabila terdeteksi padausia dewasa maka mengindikasikan adanya kanker liver. Kadar AFP pada kanker liver (hepatocellular cancer) dapat meningkat hingga 2-3 kali lipat. Pemeriksaan kadar AFP bermanfaat untuk diagnosis, monitor terapi dan pemantauan kekambuhan kanker.
AFP juga meningkat pada beberapa kanker testis dan ovarium (indung telur). Kehamilan, cirrhosis dan hepatitis juga dapat menyebabkan peningkatan kadar AFP.

CA 15-3

Diproduksi oleh sel payudara. Peningkatan kadar CA 15-3 dihubungkan dengan kanker payudara. Petanda tumor ini digunakan untuk mendeteksi kekambuhan kanker payudara pasca terapi.CA 15-3 juga meningkat pada kanker (adenocarcinoma) indung telur, paru-paru, colon (usus besar) dan pankreas. CA 15-3 juga meningkat pada tumor payudara jinak, endometriosis dan penyakit radang organ panggul (PID, Pelvic Inflamatory Disease).

MCA (Mucin-like Carcinoma-associated Antigen)

MCA dihubungkan dengan berbagai kanker payudara. Berbagai penelitian membuktikan bahwa pasien kanker payudara mengalami kenaikan kadar MCA. Walaupun MCA bukan merupakan petanda tumor yang specifik, akan tetapi MCA bermanfaat untuk penilaian faktor prognosis dan pemantauan metastasis (penyebaran) kanker payudara

CA 125

Merupakan tumor marker untuk kanker ovarium (indung telur). CA 125 tidak cukup sensitif untukscreening, akan tetapi berkontribusi pada diagnosis kanker indung telur bila dikombinasikan dengan pemeriksaan fisik dan USG. CA 125 digunakan untuk monitor keefektifan terapi kanker indung telur. Peningkatan CA 125 juga dijumpai pada wanita dengan endometriosis, PID, pankreatitis dan penyakit liver. CA 125 juga berhubungan dengan adanya kanker pada organ liver, colon (usus besar), paru-paru dan payudara.

CEA (Carcinoembryonic antigen)

Meningkat pada pasien kanker usus besar (colorectal). CEA juga digunakan untuk monitor kanker paru-paru dan kanker payudara. Manfaat utama CEA ialah untuk mendeteksi kekambuhan kanker usus besar (colorectal) pasca terapi kanker tersebut.
CEA juga meningkat pada kanker tiroid, kanker pankreas, kanker liver, kanker leher rahim, kanker kandung kemih, perokok, penderita cirrhosis dan pada kelainan gastrointestinal / saluran cerna (misalnya colitis) .β-HCG (Beta-Human Chorionic Gonadotropin)
Secara normal dideteksi pada wanita hamil. Kadar β-HCG yang tinggi mengindikasikan adanya germ cell tumor pada indung telur atau testis. Peningkatan yang sangat tinggi juga mengindikasikan adanya gestational trophoblastic neoplasia (keganasan placenta).
Pemeriksaan kadar β-HCG bermanfaat untuk monitor keefektifan terapi dan sebagai petanda kekambuhan kanker tersebut.

CA 19-9

Petanda tumor terbaik pada kanker pankreas. Biasanya tidak digunakan sebagai screening, melainkan bermanfaat sebagai monitor kanker pankreas.
CA 19-9 juga meningkat pada kanker saluran empedu dan kanker lambung. Peningkatan CA 19-9 juga dijumpai pada kelainan non kanker, misalnya pankreatitis, batu saluran empedu dan ikterik.

CA 72-4

Merupakan petanda tumor terbaru yang bermanfaat pada kanker ovarium (indung telur) dan saluran cernaNSE (Neuron-Specific Enolase). Merupakan petanda tumor pada tumor neuroendokrin misalnya small cell lung cancer (salah satu jenis kanker paru),neuroblastoma dan tumor carcinoid.

Pengukuran kadar NSE pasien small cell lung cancer memberi informasi ektensi kanker, prognosis dan respon terapi pada pasien tersebut. Kadar NSE juga dapat meningkat pada Wilms' tumor, kanker tiroid, melanoma, kanker pankreas, kanker ginjal dan kanker testis.

SCC (Squamous Cell Carcinoma) Antigen

Merupakan petanda tumor pada carcinoma / keganasan sel –sel epitel squamous / epitel gepeng, misalnya non-small cell lung cancer (salah satu jenis kanker paru), kanker kulit, kanker leher rahim, berbagai jenis kanker pada daerah kepala – leher (head and neck cancer)

Wednesday, June 11, 2008

Penanggulangan dan Pencegahan Kaki Diabetes

  1. Diagnosis klinis dan laboratorium yang lebih teliti.
  2. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil laboratorium lengkap) dan obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah, maupun untuk menghilangkan keluhan/gejala dan penyulit DM.
  3. Pemberian penyuluhan pada penderita dan keluarga tentang (apakah DM, penatalaksanaan DM secara umum, apakah kaki diabetes, obat-obatan, perencanaan makan, DM dan kegiatan jasmani), dll.
  4. Kaki diabetes, materi penyuluhan dan instruksi.
  5. Hentikan merokok
  6. Periksa kaki dan celah kaki setiap hari, apakah terdapat kalus (pengerasan), bula (gelembung), luka, lecet.
  7. Bersihkan dan cuci kaki setiap hari, keringkan, terutama di celah jari kaki.
  8. Pakailah krim khusus untuk kulit kering, tapi jangan dipakai di celah jari kaki.
  9. Hindari penggunaan air panas atau bantal pemanas.
  10. Memotong kuku secara hati-hati dan jangan terlalu dalam.
  11. Pakailah kaus kaki yang pas bila kaki terasa dingin dan ganti setiap hari.
  12. Jangan berjalan tanpa alas kaki.
  13. Hindari trauma berulang.
  14. Memakai sepatu dari kulit yang sesuai untuk kaki dan nyaman dipakai.
  15. Periksa bagian dalam sepatu setiap hari sebelum memakainya, hindari adanya benda asing.
  16. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.
  17. Menghindari pemakaian obat yang bersifat vasokonstruktor seperti orgat, adrenalin, ataupun nikotin.
  18. Periksakan diri secara rutin ke dokter dan periksakan kaki setiap kali kontrol walaupun ulkus/gangren telah sembuh.

Tuesday, June 10, 2008

Stroke : Bisa Ditangani Dengan Tuntas


Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah dan oksigen ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah dan oksigen menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.

Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.

Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur.

Mengetahui macam-macam stroke

Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik maupun stroke hemorragik. Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.

Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.

Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung.

Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.

Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral (emboli = sumbatan, serebral = pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).

Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.

Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke.

Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.

Mengetahui faktor resiko terjadinya stroke

Serangan stroke timbulnya mendadak tanpa peringatan. Namun, sebenarnya ada yang bisa dijadikan tanda yaitu penyakit-penyakit dan kondisi tertentu yang menyebabkan atau memperparah stroke atau disebut dengan faktor risiko stroke. Penyakit tersebut di atas antara lain Hipertensi, Penyakit Jantung, Diabetes Mellitus, Hiperlipidemia (peninggian kadar lipid dalam darah). Keadaan yang dapat menyebabkan stroke adalah usia lanjut, obesitas, merokok, suku bangsa (negro/spanyol), jenis kelamin (pria), kurang olah raga.

Kadar kolesterol yang tinggi (hiperkolesterol) memang merupakan faktor risiko stroke karena memperburuk proses arteriosklerotik, yaitu mempertebal dan merusak dinding pembuluh darah secara berangsur-angsur. Jadi, makanan-makanan yang kaya kolesterol seperti junk food dapat membahayakan dan mempercepat kemungkinan timbulnya stroke.

Radikal bebas yang didapat dari makanan, minuman atau polusi juga dapat menyebabkan timbulnya arteriosklerotik, karena dapat merusak kolesterol atau lemak tubuh sehingga membentuk sumbatan pembuluh darah.

Usia merupakan faktor risiko stroke karena proses penuaan terjadi pada semua organ tubuh termasuk pembuluh darah otak yang menjadi rapuh. Di Indonesia ternyata stroke timbul banyak pada usia di bawah 45 tahun, dimana karir sedang menanjak.

Demikian pula pada usia 45-60 tahun dimana seseorang sedang berada pada puncak karirnya. Jika terkena stroke, penyakit dengan angka presentasi kecacatan terbesar, maka habislah karirnya.

Masyarakat tidak menyadari bahwa angka kematian stroke di Indonesia sangat tinggi, dimana sekitar seperempatnya meninggal dunia.

Gejala umum stroke

Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).

Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena.

Membaca isyarat stroke dapat dilakukan dengan mengamati beberapa gejala stroke berikut:
  • Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
  • Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
  • Penglihatan ganda.
  • Pusing.
  • Bicara tidak jelas (rero).
  • Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
  • Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
  • Pergerakan yang tidak biasa.
  • Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
  • Ketidakseimbangan dan terjatuh.
  • Pingsan.

Kelainan neurologis yang terjadi akibat serangan stroke bisa lebih berat atau lebih luas, berhubungan dengan koma atau stupor dan sifatnya menetap. Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi.

Stroke juga bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini berbahaya karena ruang dalam tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa lebih jauh merusak jaringan otak dan memperburuk kelainan neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak bertambah luas.

Mendiagnosa stroke

Diagnosis stroke biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan lokasi kerusakan pada otak. Ada dua jenis teknik pemeriksaan imaging (pencitraan) untuk mengevaluasi kasus stroke atau penyakit pembuluh darah otak (Cerebrovascular Disease/CVD), yaitu Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

CT scan diketahui sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah, cepat dan relatif murah untuk kasus stroke. Namun dalam beberapa hal, CT scan kurang sensitif dibanding dengan MRI, misalnya pada kasus stroke hiperakut.

Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI. Kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari stroke, apakah perdarahan atau tumor otak. Kadang dilakukan angiografi yaitu penentuan susunan pembuluh darah/getah bening melalui kapilaroskopi atau fluoroskopi.

Menangani stroke

Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi dengan obat penghancur bekuan darah.

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah atau dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA) atau streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3 jam setelah timbulnya stroke.
Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak.

Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan (misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi completed stroke.

Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya tidak dilakukan pembedahan.

Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan atau transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya stroke di masa yang akan datang. Sekitar 24,5% pasien mengalami stroke berulang.

Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita stroke akut, biasanya diberikan manitol atau kortikosteroid. Penderita stroke yang sangat berat mungkin memerlukan respirator (alat bantu bernapas) untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat. Di samping itu, perlu perhatian khusus kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan dan kulit (untuk mencegah timbulnya luka di kulit karena penekanan).

Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.

Harapan Sembuh Pasti Ada

Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini penting agar penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti jalannya pincang atau berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih bisa disembuhkan.

Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72 jam setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu dilakukan adalah pemulihan. Tindakan pemulihan ini penting untuk mengurangi komplikasi akibat stroke dan berupaya mengembalikan keadaan penderita kembali normal seperti sebelum serangan stroke.

Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya dilakukan secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil. Tiap pasien membutuhkan penanganan yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan pasien. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan.